INDOZONE.ID - Sebuah tragedi kecelakaan pesawat dialami oleh klub Liga Brasil, yakni Chapecoense, pada 28 November 2016. Bahkan hampir seluruh skuad Chapecoense menjadi korban tewas atas kecelakaan pesawat tersebut.
Total 71 dari 77 penumpang jadi korban tewas insiden ini, sebayak 20 diantaranya merupakan anggota Chapecoense, yaitu 19 pemain dan satu pelatih. Sekitar 21 wartawan yang juga ikut penerbangan turut kehilangan nyawa dan hanya enam penumpang saja yang selamat.
Kecelakaan pesawat yang dialami oleh Chapecoense menjadi salah satu tragedi sepak bola yang paling memilukan sepanjang sejarah. Terlebih melihat banyak pesepak bola yang menjadi korban.
Lantas seperti apa kronologi kecelakaan pesawat yang dialami oleh Chapecoense? Lalu apa yang jadi penyebab kecelakaan pesawat tersebut terjadi? INDOZONE pun akan coba menjelaskan secara lengkap terjadinya insiden ini.
Kronologi Kejadian
Sebanyak 21 rombongan Chapecoense, termasuk pemain dan jurnalis melakukan perjalanan menuju Medellin, Kolombia, untuk menjalani pertandingan final Copa Sudamericana musim 2016 melawan sesama klub Brasil, yaitu Atletico Mineiro.
Untuk mencapai Medellin, rombongan Chapecoense mencarter sebuah pesawat dari perusahaan penerbangan LaMia flight 2933. Pada awalnya tidak ada yang aneh dengan perjalanan yang dijalani oleh Chapecoense.
Baca Juga: Celta vs Madrid: Bikin Gol Lagi, Jude Bellingham Sesubur Cristiano Ronaldo
Akan tetapi kejadian menjadi mencekam, ketika pilot pesawat LaMia Flight 2933 meminta izin untuk melakukan pendaratan darurat kepada pengatur lalu lintas udara Bandara Internasional Jose Maria Cordova, Kolombia, karena kehabisan bahan bakar.
Namun saat itu pihak bandara meminta agar pesawat yang ditumpangi skuad Chapecoense, yakni LaMia 2933, untuk mengantri. Pasalnya pada saat bersamaan, ada pesawat lain yang akan melakukan lepas landas.
Kehabisan Bahan Bakar Jadi Penyebab Kecelakaan
Situasi tersebut pun membuat pilot LaMia Flight 2933, yakni Miguel Quiroga, menjadi semakin panik. Terlebih setelah melihat adanya kegagalan listrik yang disebabkan kekurangan bahan bakar.
Menurut penuturan salah satu korban selamat, Erwin Tumiri, yang juga seorang pramugara LaMia flight 2933, ia menjelaskan jika terjadi getaran hebat sebelum pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
"Kami diberitahu akan mendarat dengan normal. Saya saat itu sedang berbicara dengan pelatih Chapecoense, Caio Junior. Ia mengajarkan saya berbahasa Portugis. Saya kemudian memberitahu semuanya untuk memakai sabuk pengaman karena akan mendarat," jelas Tumiri, pada saat diwawancarai oleh stasiun televisi, Globo, beberapa waktu lalu.
"Semua orang berada di tempat duduk masing-masing. Tapi lampu mulai padam dan pesawat mulai bergoncang. Saya pikir itu hanya getaran yang biasanya terjadi pada pendaratan biasa, tapi ternyata tidak. Saya mendengar suara `vroom vroom`. Saya tidak mengingat apa yang terjadi setelahnya karena setelah saya bangun, saya berada di tanah," lanjutnya.
Karena kehabisan waktu dan bahan bakar, membuat LaMia flight 2933 pun akhirnya terjatuh di sebuah bukit dekat Medellin. Badan pesawat terbelah menjadi dua bagian, dan sebanyak 71 dari 77 penumpang menjadi korban tewas.
19 Pemain dan 1 Pelatih Chapecoense Jadi Korban Tewas
Dari 71 penumpang yang menjadi korban tewas, terdapat 19 pemain Chapecoense. Tidak hanya itu, pelatih Chapecoense, yakni Ciao Junior, juga menjadi salah satu korban tewas akibat insiden ini.
Sementara enam orang yang dinyatakan selamat ialah Erwin Tumiri (pramugara), Ximena Suarez (pramugari), Alan Ruschel (pemain Chapecoense), Ragnar Follmann (pemain Chapecoense), Hermito Zampier (pemain Chapecoense), dan Rafael Henzel (jurnalis).
Kabar kecelakaan pesawat yang dialami oleh skuad Chapecoense pun langsung menyebar ke penjuru dunia. Banyak tokoh-tokoh hingga klub-klub sepak bola lainnya mengucapkan duka terhadap apa yang menimpa Chapecoense tersebut.
Diberikan Gelar Kehormatan dari Lawan
Kabar duka yang menimpa Chapecoense pun membuat lawan mereka di partai final Sudamericana 2016, yaitu Atletico Mineiro, ikut merasakan kepedihan.
Bahkan Atletico Mineiro menolak untuk melakoni pertandingan final Sudamericana, dan memilih untuk menyerahkan gelar tersebut kepada Chapecoense sebagai bentuk penghormatan kepada para korban kecelakaan pesawat tersebut.
Sementara itu, tragedi pesawat yang dialami oleh Chapecoense tidak membuat klub tersebut bubar. Bahkan hingga kini Chapecoense tetap eksis di kompetisi Liga Brasil, meski tengah bermain di kasta kedua.
Nah, berikut adalah insiden kecelakaan pesawat yang hampir menewaskan seluruh skuad klub Liga Brasil, Chapecoense. Semoga insiden seperti ini tidak terulang lagi di masa-masa yang akan datang ya guys.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber