Minggu, 07 JANUARI 2024 • 06:45 WIB

Polarisasi Kubu Suporter Timnas Indonesia, Ada Buku Local Pride dan Naturalisasi!

Author

Suporter Timnas Indonesia memberikan dukungan pada pertandingan penyisihan Grup A Piala Dunia U-17 2023 melawan Timnas Maroko di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023).

INDOZONE.ID - Sepakbola merupakan olahraga yang memiliki sangat banyak penggemar. Hasil survei yang dilakukan oleh Rangkingroyals pada tahun 2023 menyatakan bahwa sepakbola menjadi olahraga paling populer di dunia.

Penggemar sepakbola diperkirakan di angka 4 miliar orang. Indonesia menjadi negara “paling gila bola” menurut riset multinasional yang dilakukan oleh Ipsos.

Presentase yang menyukai sepakbola di Indonesia mencapai 69% dari total responden. Menurut Worldometers, data populasi Indonesia pada 10 Desember 2023 di angka 278.534.868 jiwa, sehingga 69% yang menyukai sepakbola sekitar 192.189.059 penduduk dari total populasi saat ini.

Indonesia mengalahkan Arab Saudi dengan presentase 67% saja. Survei ini dilakukan oleh Ipsos di 34 negara dengan melibatkan lebih dari 22.528 responden dengan menanyakan kepada responden apakah mereka menyukai sepak bola dan seberapa sering mereka menonton sepak bola.

Baca Juga: Romantis dan Penuh Dukungan, Komentar IG Pratama Arhan pada Azizah Salsha Bikin Baper Penggemar

Tingkat pecinta bola di Indonesia yang tinggi tidak selaras dengan prestasi timnas sepak bola Indonesia. Menurut laman web Kemdikbud.go.id menuliskan artikel tentang prestasi Timnas Indonesia di abad ke-21, namun yang ada hanya prestasi Timnas kelompok umur.

Pada timnas kelompok umur, Indonesia berprestasi di beberapa ajang turnamen seperti Timnas U-19 yang menjuarai Piala AFF U-19 di tahun 2013. Timnas Indonesia U-16 menjadi juara pada Piala AFF U-16 2022. Timnas U-22 sebagai kampiun dalam Piala AFF U-22 2019 dan mendapatkan medali emas di Seagames 2022.

Para pemain Timnas Indonesia suarakan kekompakan jelang tampil di Piala Asia 2024.

Pada satu dekade terakhir, beberapa Timnas kelompok umur mampu menorehkan prestasi. Namun, Timnas Indonesia Senior belum menorehkan prestasi yang signifikan. Di level ASEAN pun selalu gagal menjuarai Piala AFF sejak 1996, pencapaian tertinggi Timnas Indonesia ini puas dengan enam kali runner up Piala AFF.

Penunjukkan Shin Tae Yong sebagai Pelatih Timnas Garuda membawa angin segar bagi para suporter. Proses dan progress yang diperlihatkan oleh timnas di bawah asuhan STY terlihat menuju ke arah positif. Banyak program latihan yang dibenahi seperti teknik dasar passing, kekuatan fisik pemain, dan mental bertanding.

Baca Juga: Ronaldo Sabet Gelar Pencetak Gol Terbaik, Kalahkan Mbappe hingga Harry Kane

Shin Tae Yong juga menerapkan program Naturalisasi. Program ini memberikan hasil yang cukup membanggakan yakni dengan lolosnya tiga Timnas Indonesia yakni Timnas U-20, U-23, dan Senior lolos ke Piala Asia melalui kualifikasi.

Meskipun dengan hasil yang cukup membanggakan masyarakat Indonesia, namun di media sosial tercipta polarisasi kubu pada suporter Timnas, yakni kubu pro naturalisasi dan kontra naturalisasi.

Kubu yang mendukung naturalisasi berpendapat bahwa naturalisasi pemain asing dapat meningkatkan kualitas timnas Indonesia dan membuat timnas Indonesia dapat bersaing di level internasional. Kubu yang menolak naturalisasi berargumen bahwa naturalisasi pemain asing akan menghilangkan kesempatan bagi pemain lokal untuk membela timnas.

Naturalisasi Pemain

Naturalisasi yang dilakukan Shin Tae Yong bukan tanpa alasan. Naturalisasi merupakan salah satu cara untuk membuat Timnas Indonesia dapat bersaing di kancah Asia atau bahkan Dunia.

Sejak Shin Tae Yong menjabat Pelatih Timnas Indonesia, ia sudah mengambil beberapa nama pemain keturunan Indonesia yang berkarir di liga kuar negeri untuk Naturalisasi.

Nama-nama pemain seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattinama, Elkan Baggot, Ivar Jenner, Rafael Struick, dan yang terbaru adalah Justin Hubner. Pemain Naturalisasi ini dapat diproyeksikan untuk jangka panjang Timnas karena rata-rata usia pemain tersebut tergolong muda, hanya Jordi Amat yang berusia di atas 30 tahun.

Kubu yang mendukung adanya Naturalisasi berpendapat bahwa pemain yang dinaturalisasi memiliki darah Indonesia sehingga memilik hak dan kesempatan yang sama dengan pemain lokal untuk membela Timnas Garuda. Adanya pemain Naturalisasi tidak akan membunuh talenta lokal, justru akan menumbuhkan iklim positif pada internal skuad Timnas.

Pemain Naturalisasi ini hampir semuanya berkarir di liga Eropa, liga dimana para pemain dunia berkumpul, sehingga para pemain tersebut sering berhadapan dengan pemain yang kualitasnya diatas mereka, saat berada di Timnas nanti mereka dapat menularkan ilmu dan pengalaman yang didapat di Eropa terhadap pemain lokal.

Dengan begitu maka kualitas pemain lokal juga akan meningkat karena pengaruh positif pemain Naturalisasi ini. Jika pemain Timnas sama-sama berkembang maka secara otomatis Timnas Indonesia pun akan berkembang. Dengan begitu Timnas Indonesia akan mampu bersaing dan berprestasi di kancah Internasional.

Timnas Indonesia sejak dilatih oleh Shin Tae Yong sudah menunjukkan progress positif. Hasil positif seperti naiknya peringkat Indonesia dari peringkat 173 naik menjadi 146 menurut data pada laman resmi FIFA. Hasil positif lainnya yakni sukses menumbangkan Curacao dan Burundi yang mana peringkat FIFA lawan di atas Indonesia.

Pada Kualifikasi Piala Asia 2023 mengalahkan Kuwait di kandang mereka sekaligus lolos ke Piala Asia 2023, bukan hanya satu, namun mampu lolos ke Piala Asia dengan tiga timnas berbeda melalui jalur kualifikasi. Rentetan hasil tersebut membuktikan bahwa Timnas Garuda sedang berprogres menuju ke arah yang Positif.

Local Pride

Terdapat kubu yang tidak setuju dengan Naturalisasi dan tidak puas dengan hasil dari Shin Tae Yong yang sering disebut kelompok “local pride”. Kelompok local pride cenderung menolak naturalisasi, karena ditakutkan akan menghilangkan kesempatan pemain lokal untuk membela Timnas, padahal pemain lokal yang memiliki kualitas tetap mendapat tempat di Timnas seperti Marselino, Arhan, dan Asnawi.

Narasi lain yang sering digaungkan untuk menyerang Shin Tae Yong adalah belum dipersembahkannya juara dari level terbawah yakni AFF. Kelompok ini sering membandingkan kinerja Shin Tae Yong dengan pelatih kelompok umur seperti Fakhri Husaini dan Indra Sjafri, sebab kedua pelatih tersebut pernah membawa Timnas kelompok umur menjuarai AFF.

Kelompok ini menganggap Shin Tae Yong tidak lebih baik dari pelatih lokal tadi karena dengan pemain-pemain naturalisasi pun, ia tidak berhasil menjuarai Piala AFF.

Sedangkan Fakhri Husaini dan Indra Sjafri pernah mempersembahkan Piala AFF pada kelompok umur dengan timnas yang dihuni oleh pemain lokal saja. Isu local pride ini santer digaungkan kala hasil kurang baik dialami oleh Timnas Garuda dan menciptakan kegaduhan di media sosial.

Sesama suporter Timnas yang sama-sama mendukung dan sama-sama berharap Timnas berjaya, seharusnya tidak perlu adanya perpecahan dengan membentuk kubu dan saling serang seperti ini. Polarisasi kubu ini seharusnya dihilangkan dan suporter Indonesia bersatu karena memiliki satu tujuan yakni demi Timnas yang berprestasi.

Kita sebagai suporter Timnas harus selalu mendukung program-program Shin Tae Yong sebab ia yang paling mengerti apa yang dibutuhkan Timnas Garuda saat ini. Kritik jika memang harus di kritik, apresiasi jika memang berprestasi.

Jangan menutup mata hanya karna berpihak pada kubu tertentu. Menjadi suporter Timnas yang dewasa yang mampu menilai Timnas Garuda kita dengan objektif.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: