Selasa, 06 MEI 2025 • 11:10 WIB

Media Inggris Sebut Real Madrid Jadi Klub Paling Toksik Imbas Sikap Buruk Terhadap Wasit di Final Copa del Rey

Author

Wasit Ricardo de Burgos Bengoetxea berbicara ke pemain Real Madrid di final Copa del Rey.

INDOZONE.ID - Musim Real Madrid bisa saja berakhir dengan mimpi buruk jika mereka gagal menjuarai La Liga, setelah mereka gagal menjuarai Supercopa, Liga Champions dan Copa del Rey kini peluang El Real hanyalah memenangkan gelar La Liga.

Terlepas dari hasil pertandingan, Real Madrid juga menerima banyak kritik dari banyak pihak buntut dari sikap buruk mereka terhadap wasit.

Masih segar dalam ingatan kita jelang pertandingan final Copa del Rey pada 27 April 2025 lalu, Real Madrid menyerang wasit yang akan memimpin laga final tersebut, De Burgos Bengoetxea.

Dalam insiden itu, Real Madrid menayangkan kesalahan-kesalahan Bengoetxea saat memimpin laga Real Madrid.

Dari hal tersebut, membuat sang wasit tak kuasa menahan tangisnya saat konferensi pers jelang pertandingan final Copa del Rey yang mempertemukan Barcelona vs Real Madrid.

Ia mengatakan bahwa tindakan Los Blancos terhadap dirinya berpengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

Baca Juga: Dean Huijsen Buka Suara soal Rumor ke Chelsea: Saya Masih Bahagia di Bournemouth

Dari komentar Bengoetxea tersebut, membuat Real Madrid sempat ingin memboikot pertandingan final Copa del Rey.

Bahkan, tak sampai disitu saja saat laga El Classico berlangsung, Bengoetxea jadi sasaran kemarahan pemain Real Madrid, di mana Antonio Rudiger sempat melempar es batu ke arah Bengoetxea setelah ia menerima kartu merah.

Endrick masuk menggantikan Antonio Rudiger di final Copa del Rey.

Dari hal itulah membuat Real Madrid mendapatkan banyak kritik banyak pihak, terutama media Inggris, The Guardian yang mengecam sikap skuad Madrid terhadap wasit.

Bahkan, The Guardian sendiri menyebut bahwa Real Madrid merupakan salah satu klub yang toksik akibat sikapnya kepada wasit yang memimpin dalam judul artikelnya, bahkan sikap Los Merengues merupakan sebuah kemunduran bagi klub pengoleksi 15 gelar Liga Champions itu.

"Penargetan wasit yang toksik oleh Real Madrid adalah simbol kemunduran klub-klub besar Spanyol,” tulis Guardian dalam judul artikelnya yang dikutip dari Mundo Deportivo pada Senin (5/5/2025).

Baca Juga: Kecewa Jadi Cadangan di Aston Villa, Ollie Watkins Layak Bermain di Arsenal

Tak hanya itu, The Guardian juga menuliskan subjudul pada artikelnya dengan menyebut Florentino Perez memberikan warna tindakan-tindakan yang destruktif.

"Pelindung Liga Super Florentino Pérez memberi warna dengan tindakan-tindakan destruktif yang picik, menjatuhkan klub yang dulunya mulia," tulis mereka dalam subjudul artikelnya.

Dalam ulasannya itu, The Guardian menyebut bahwa Real Madrid dulu merupakan klub yang mengedepankan kesopanan. Bahkan, di era Steve McManaman para pemain Real Madrid juga diberi kode etik.

"Bayangkan saja, ini adalah klub yang dulu membanggakan rasa señorio (senioritas) dan kesopanannya, sampai-sampai pada masa Steve McManaman, para pemain diberi kode etik; kalimat yang biasa didengungkan tentang wasit adalah untuk para cengeng di Barcelona," tulis The Guardian dalam artikelnya.

Baca Juga: Lemah dalam Situasi Bola Mati, Pertahanan Arsenal Terlalu Mudah Ditembus Bournemouth

Presiden Real Madrid, Florentino Perez.

Kendati begitu, sikap-sikap Real Madrid di musim ini memang cukup dikecam mulai dari pemboikotan malam anugerah Ballon d'OR, hingga menuduh wasit melakukan konspirasi dan menolak untuk menghadiri konferensi pers sebelum pertandingan final Copa del Rey, yang membuat banyak spekulasi bahwa El Real akan kalah WO.

"Namun musim ini saja Real Madrid telah memboikot upacara Ballon d’Or setelah menjadi jelas bahwa Vinícius Júnior tidak akan menang, menuduh adanya konspirasi wasit terhadap mereka dan kemudian menolak untuk melakukan tugas media pra-pertandingan sebelum final Copa del Rey sambil memicu rumor bahwa mereka tidak akan muncul untuk pertandingan tersebut," tulisnya lagi.

The Guardian juga menilai bahwa sikap Real Madrid yang seperti ini sangatlah toksik. Sebab, hal itu justru dapat menciptakan lingkungan antara pemain dan penggemar menjadi buruk dengan percaya bahwa mereka dizalimi oleh wasit, dan mereka menyebut bahwa Florentino Perez menjadi inti dari permasalahan tersebut.

"Real Madrid TV juga, seperti yang dilakukannya terhadap semua wasit sebelum setiap pertandingan, menyoroti keputusan-keputusan masa lalu yang dibuat De Burgos Bengoetxea terhadap mereka, membuatnya menangis dalam penampilannya di media sebelum pertandingan," tulis The Guardian memaparkan. 

Baca Juga: Arsenal dan PSG Bersaing Dapatkan Evan Ndicka dari AS Roma Seharga 25 Juta Pound

"Di tengah panasnya suasana, pemain kadang-kadang kehilangan kendali, meskipun tidak seburuk yang dialami Rüdiger. Yang jauh lebih beracun adalah tindakan-tindakan destruktif yang picik yang dilakukan di tingkat eksekutif, terlebih karena tindakan-tindakan tersebut menciptakan lingkungan di mana pemain dan penggemar, yang dikondisikan untuk percaya bahwa mereka sedang dianiaya, cenderung bereaksi buruk," imbuhnya.

"Inti dari semua itu, sang jenderal tua dalam labirinnya, adalah Florentino Pérez, yang telah menjadi presiden Madrid selama tiga tahun terakhir di abad ini. Ia sangat sukses, dengan tujuh gelar Liga Champions dan pendapatan 25% lebih tinggi daripada klub terkaya kedua di dunia, namun ia berperang dengan semua orang, seorang pria berusia 78 tahun yang menyaksikan dunia berubah di sekelilingnya, bersikeras bahwa semua itu tidak menguntungkannya," tutupnya.

Tentu saja, banyak yang menyayangkan sikap Real Madrid terhadap wasit. Sebab, tindakan mereka tentunya bisa mencoreng nama baik klub. Apalagi, mereka juga berstatus sebagai klub terbaik di dunia.

Kini, Real Madrid sendiri bisa saja mengakhiri musim dengan trofi. Apalagi, mereka kini berpeluang untuk merebut gelar La Liga dari tangan Barcelona. Kemenangan atas Celta Vigo tadi malam, membuat El Real memperkecil jarak poin mereka dari rival bebuyutannya menjadi 4 poin saja.

Dengan 4 pertandingan tersisa, secara matematis Real Madrid bisa merebut gelar La Liga dari tangan Barcelona, asalkan di 4 pertandingan berikutnya Kylian Mbappe dan kolega bisa menyapu bersih sisa pertandingan dan berharap Barcelona terpeleset.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

 

 

 

 

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: The Guardian, Mundo Deportivo