INDOZONE.ID - Jupiler Pro League atau Liga Pro Belgia baru saja menutup musim dengan apik. Salah satu kontestannya, Royale Union Saint-Gilloise atau kerap disebut Union SG berhasil mengakhiri penantian panjang selama 90 tahun untuk mengangkat trofi liga pertama mereka.
Kemenangan meyakinkan 3-1 atas KAA Gent pada pertandingan terakhir musim menjadi momen puncak yang tak terlupakan, mengunci gelar juara liga yang terakhir kali mereka raih pada tahun 1935.
Musim ini menjadi saksi bisu kebangkitan tim yang memiliki sejarah panjang dan kaya di Belgia, namun sempat terpuruk dalam bayang-bayang kegelapan selama hampir satu abad.
Sejak terakhir kali merayakan gelar liga pada tahun 1935, para penggemar Union Saint-Gilloise harus menghadapi kekecewaan demi kekecewaan. Namun, semangat dan dukungan tak pernah padam.
Musim 2024/2025 ini menjadi titik balik, di mana kerja keras, strategi jitu, dan semangat pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil yang manis.
Melansir dari Perspective Football Podcast, pertandingan melawan KAA Gent menjadi penentu segalanya. Dengan tekanan yang membumbung tinggi, Union Saint-Gilloise menunjukkan mental juara.
Mereka tampil dominan, mempersembahkan permainan menyerang yang efektif dan pertahanan yang solid. Tiga gol yang berhasil mereka lesakkan ke gawang Gent menjadi bukti kekuatan mereka di atas lapangan.
Ketika peluit panjang dibunyikan, skor 3-1 terpampang di papan skor, mengkonfirmasi bahwa gelar juara Liga Belgia adalah milik Union SG.
Momen emosional tak terhindarkan setelah peluit panjang berbunyi. Pelatih Union, Danijel Milicevic, yang baru berusia 39 tahun, tak kuasa menahan air matanya.
Tangisan haru terlihat jelas di wajahnya, merefleksikan betapa besar beban dan dedikasi yang telah ia curahkan untuk tim ini.
Baginya, gelar ini bukan hanya sekadar trofi, melainkan juga hasil dari kerja keras, strategi yang matang, dan kepercayaan penuh dari seluruh elemen tim.
Milicevic, yang relatif muda untuk ukuran pelatih juara liga, telah berhasil membangun tim yang solid dan penuh semangat.
Ia mampu memotivasi para pemainnya untuk melampaui batas dan menunjukkan performa terbaik di setiap pertandingan.
Kemenangan ini adalah puncak dari perjalanan panjangnya bersama Union, dan tangisannya menjadi simbol kelegaan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang meluap.
Begitu peluit akhir dibunyikan, lautan manusia langsung tumpah ruah ke lapangan. Para suporter yang telah menantikan momen ini selama sembilan dekade tak bisa lagi menahan euforia mereka.
Mereka berlari, melompat, berpelukan, dan bersorak-sorai merayakan gelar juara bersama para pemain dan staf pelatih. Pemandangan ini sungguh mengharukan, menunjukkan ikatan kuat antara klub dan para penggemarnya yang setia.
Tidak hanya di dalam stadion, suasana pesta juga terasa di luar stadion. Ribuan penggemar lainnya berkumpul di area nonton bareng yang telah disediakan, menjadi saksi sejarah bersama-sama.
Layar lebar yang menampilkan pertandingan menjadi fokus utama, dan setiap gol yang dicetak Union disambut dengan gegap gempita. Ketika gelar juara dipastikan, nyanyian dan sorakan "Champions!" menggema di seluruh penjuru kota.
Momen ini bukan sekadar kemenangan dalam pertandingan sepak bola, melainkan sebuah perayaan sejarah yang telah lama dinantikan, sebuah penantian panjang yang akhirnya terbayar lunas.
Kisah Royale Union Saint-Gilloise adalah bukti nyata bahwa kesabaran, dedikasi, dan kerja keras pada akhirnya akan membuahkan hasil. Setelah sembilan puluh tahun berada dalam bayang-bayang, klub ini akhirnya kembali ke puncak sepak bola Belgia.
Kemenangan ini bukan hanya sekadar mengangkat trofi, tetapi juga mengukir sejarah baru, menyatukan kembali komunitas, dan memberikan harapan bagi semua tim yang berjuang untuk bangkit dari keterpurukan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Perspektiflivefootball