Marah Halim Harahap: Sang Jenderal yang Mengukir Sejarah dalam Sepak Bola Indonesia dan Diakui FIFA
INDOZONE.ID - Mayjen Marah Halim Harahap adalah seorang mantan tentara, tokoh politik dan Gubernur Sumatra Utara kelahiran Tabusira, 28 Februari 1921. Beliau menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara pada periode 1967-1978.
Marah Halim Harahap adalah anak keempat dari 6 bersaudara, putra dari Jabbar Harahap yang berprofesi sebagai petani.
Di Tabusira saat itu, hanya ada 1 sekolah dasar saja di sana. Sekolah tersebut dibuat oleh warga sekitar dan menggunakan jasa warga sekitar sebagai gurunya.
Baca Juga: Jelang Bergulirnya Liga 2, PSMS Tingkatkan Fisik Pemain dengan Latihan Intens
Berbeda dengan SD pada umumnya yang masa belajarnya selama 6 tahun, sekolah tersebut hanya membutuhkan waktu 3 tahun saja untuk bisa lulus. Di sekolah itulah Beliau mengenyam pendidikan sekolah dasar. Beliau lulus SD pada tahun 1939.
Karena faktor ekonomi, Pak Halim tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Beliau disuruh ikut bersama Kakaknya yang bernama Sjamsoedin untuk bekerja di kota Medan.
Akan tetapi, Pak Halim saat itu tidak mampu menyusul Kakaknya ke Medan karena kendala transportasi dan ekonomi. Beliau hanya bisa pergi sampai kota Pematangsiantar saja.
Selama di Pematangsiantar, Pak Halim bekerja sebagai buruh di sebuah perkebunan selama beberapa bulan.
Setelah mengumpulkan upah dari pekerjaannya, akhirnya Pak Halim bisa menyusul sang Kakak ke Medan.
Pasca Indonesia merdeka, Pak Halim ikut bersama pasukan Barisan Pemuda dalam Perang Agresi Militer Belanda Pertama. Beliau mendapat gelar militer pertamanya sebagai Letnan.
Usai kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda pada tahun 1949, Pak Halim menjabat sebagai petinggi militer di Medan. Beliau sempat menjadi Kapten pada periode 1951-1953.
Di masa pemerintahan Abdul Hakim, Gubernur Sumatra Utara saat itu, Pak Halim sempat diangkat sebagai hakim militer untuk wilayah Kuta Raja, Aceh pada tahun 1952. Bersamaan dengan itu, karier Beliau di dunia militer pun kian menanjak.
Pada 6 Februari 1967, Pilkada Sumatra Utara digelar. Saat itu, Pak Halim bersaing dengan Pandita Roos Telaumbanua dan Tumpal Dorianus Pardede dalam memperebutkan kursi Gubernur di Sumatra Utara.
Alhasil, Pak Halim keluar sebagai pemenangnya. Beliau resmi dilantik sebagai Gubernur pada 30 Maret 1967.
Pada Pilkada yang dilaksanakan pada 6 November 1972, Pak Halim kembali menang dalam Pilkada tersebut. Beliau dilantik sebagai Gubernur untuk periode kedua pada 4 Desember 1972.
Dalam periode pemerintahannya tahun 1969-1974, Pak Halim memfokuskan masa jabatannya dalam 3 program utama; meningkatkan aparatur pemerintah Sumatra Utara sebagai pelaksana utama program pembangunan daerah; melakukan rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sarana perekonomian daerah; membina mental dan spiritual masyarakat guna mengembalikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Selain berfokus pada program tersebut, Pak Halim juga memanfaatkan alokasi dana dari pemerintah pusat dalam membangun sejumlah infrastruktur di Sumatra Utara, seperti gelanggang olahraga, studio film di wilayah Sunggal, Medan, gedung pers di Medan sampai melakukan renovasi pada Universitas Sumatra Utara (USU).
Ada juga upaya Pak Halim dalam membenahi sistem organisasi pemerintahan Sumatra Utara, mulai dari mendirikan Direktorat Sosial Politik Provinsi Sumatra Utara, melantik Sekretaris Pribadi Gubernur dan Gubernur Muda Sumatra Utara guna membantu tugas Gubernur.
Saat Pak Halim menjabat sebagai Gubernur, ada 1 turnamen sepak bola Indonesia yang sukses menarik perhatian organisasi sepak bola dunia, yaitu FIFA.
Namanya adalah Marah Halim Cup, sebuah turnamen sepak bola internasional yang merupakan buah pemikiran dari Pak Halim bersama sejumlah tokoh seperti Kamaruddin Panggabean, Tumpal Dorianus Pardede dan Muslim Harahap.
Turnamen ini terinspirasi dari Matthewson Beker Tournament, sebuah turnamen sepak bola yang pernah diselenggarakan di Indonesia pada zaman kolonial Belanda dulu.
Pada turnamen ini, klub sepak bola PSMS Medan ditetapkan sebagai peserta tetap sekaligus peserta tuan rumah dari turnamen tersebut.
Turnamen ini pertama kali digelar pada 7 April 1972 dengan jumlah 16 peserta dari liga Nasional Indonesia.
Di babak final, tuan rumah PSMS Medan keluar sebagai juaranya usai mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 3-1.
Memasuki tahun keduanya, Pak Halim berkeinginan untuk meningkatkan level turnamen ini menjadi turnamen sepak bola bertaraf internasional.
Di saat yang sama, Pak Halim juga berniat untuk memperkenalkan keindahan budaya Sumatera Utara ke dunia.
Untuk mendukung hal itu, Pak Halim mengerahkan aparat pemerintahannya untuk membangun hotel bertaraf internasional untuk para peserta Marah Halim Cup dari luar negeri.
Turnamen kedua Marah Halim Cup turut mengundang klub sepak bola dari Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand dan Myanmar.
Turnamen ini berlangsung di tahun 1973. Lalu di tahun ketiga pada 1974, klub sepak bola dari Kamboja, Korea dan Jepang turut memeriahkan turnamen tersebut.
Sejak saat itu, FIFA meresmikan Marah Halim Cup sebagai turnamen pramusim tahunan untuk klub sepak bola dari negara peserta yang bergabung ke dalam turnamen.
Selain beberapa negara yang disebutkan tadi, jumlah peserta turnamen ini pun bertambah dengan bergabungnya klub sepak bola dari India, Taiwan dan Australia.
Turnamen Marah Halim Cup terakhir kali digelar pada tahun 1995. Dari sekian banyak turnamen yang digelar, hanya PSMS Medan dan Persija Jakarta saja yang pernah keluar sebagai juara dalam turnamen tersebut.
PSMS menjuarai Marah Halim Cup edisi 1972 dan 1973, sedangkan Persija memenangkan turnamen ini pada tahun 1977.
Per tahun 2005, Pak Halim telah divonis mengidap stroke. Hingga pada 3 Desember 2015 pukul 06:00 WIB, Marah Halim Harahap telah menghembuskan nafas terakhirnya.
Baca Juga: Liga 2 Dihentikan, PSMS Medan Bubar Jalan
Beliau wafat di kediamannya di Jalan Sakti Lubis 10, Medan, Sumatra Utara.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia