Kintaro Oki, pegulat legendaris Korea Selatan.
INDOZONE.ID - Di Indonesia, kita lebih mengenal olahraga gulat dari acara SmackDown, sebuah acara gulat milik perusahaan gulat terbesar di dunia, yaitu World Wrestling Entertainment atau WWE.
Dari acara inilah kita bisa mengenal sejumlah pegulat ternama dunia, sebut saja Dwayne “The Rock” Johnson, John Cena, Dave Bautista, “Stone Cold” Steve Austin, The Undertaker, Triple H dan lainnya.
Dari sekian banyak pegulat di seluruh dunia, ada 3 wilayah yang termasuk penyokong pegulat dunia, antara lain AS, Amerika Latin dan Jepang.
Baca Juga: Kisah Kim Sin-rak: Legenda Gulat Korea Utara yang Menjadi Pahlawan Jepang
Selain ketiga wilayah tersebut, tahu nggak sih kalau ternyata Korea Selatan juga punya duo pegulat legendarisnya sendiri? Siapakah mereka? Berikut profilnya.
Kim Tae-sik adalah seorang pegulat asal Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan kelahiran 24 Februari 1929. Kim adalah seorang mantan pegulat Ssireum, gulat tradisional dari Korea.
Pada tahun 1958, Kim berangkat ke Jepang untuk melebarkan sayapnya di dunia gulat. Tapi, Ia masuk ke Jepang secara ilegal, membuatnya harus ditahan oleh aparat berwenang.
Setelah Ia dibebaskan, Ia bertemu dengan Rikidozan Momota, pegulat legendaris asal Korea Utara yang menjadi pelopor gulat profesional di Jepang.
Kim menjadi salah satu muridnya Rikidozan. Bersama Kim, ada sejumlah pegulat legendaris lainnya yang jadi teman satu perguruannya, yaitu Giant Baba dan Antonio Inoki.
Di bulan November 1959, Kim memulai debutnya sebagai pegulat profesional di perusahaan gulat milik Rikidozan, Japan Wrestling Association (JWA).
Sejak debutnya, Kim mengganti namanya menjadi Kintaro Oki. Dalam pertandingan debutnya, Kintaro harus berhadapan dengan teman seperguruannya sendiri.
Pada tahun 1963 pasca kematian sang guru, yaitu Rikidozan, Kintaro pulang ke Korea Selatan untuk mengembangkan dunia gulat di sana.
Lalu pada periode 1964-1965, Kintaro bertolak ke Texas untuk bergulat di perusahaan Big Time Wrestling dan Western States Sports.
Saat berkarier di AS, Kintaro pernah menantang juara kelas berat dari perusahaan NWA bernama Lou Thesz. Sayangnya, Kintaro harus kalah dari Lou Thesz.
Di sela-sela kesibukannya bergulat di AS, Kintaro sempat kembali ke Jepang untuk bertanding di JWA.
Usai pulang dari AS, pada tahun 1967 Kintaro mengadakan pertandingan melawan Mark Lewin untuk memperebutkan sabuk Kelas Berat Worldwide Wrestling Associates (WWA).
Kintaro sukses memenangkan pertandingan tersebut, dan sejak saat itu Ia mulai terkenal sebagai pegulat kebanggaan Korea.
Memasuki tahun 1970, Kintaro sempat kembali ke AS untuk ikut dalam tur gulat bersama Western States Sports ke Detroit, AS.
Lalu pada tahun 1972, Kintaro kembali ke Jepang untuk menjadi pegulat papan atas di perusahaan gulat buatan teman seperguruannya, Antonio Inoki dan Giant Baba, bernama All Japan Pro Wrestling (AJPW) dan New Japan Pro Wrestling (NJPW).
Selama berkarier di sana, Kintaro menjadi juara Kelas Berat Internasional NWA usai mengalahkan pegulat AS bernama Bobo Brazil.
Gelar Kintaro sebagai Juara Kelas Berat Internasional harus dilepas pada 13 April 1981 atas permintaan dari NWA, selaku perusahaan partner dari AJPW.
Kintaro bertanding untuk terakhir kalinya pada 2 April 1995 di Tokyo Dome, Jepang. Sebagai lawan terakhirnya, Lou Thesz mengajukan diri untuk berhadapan dengan Kintaro. Sejak saat itu, Kintaro resmi pensiun dari dunia gulat.
Pada 26 Oktober 2006, Kintaro menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Eulji akibat komplikasi serangan jantung dan penyakit ginjal kronis yang membuatnya turut mengalami gagal ginjal. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Nasional Daejeon, Korea Selatan.
Di pertengahan tahun 1960-an, Kintaro sempat mengajar 2 orang pegulat legendaris Korea Selatan, salah satunya Pak Song Nam.
Pak Song Nam adalah seorang pegulat profesional kelahiran Jinju, Korea Selatan, tanggal 11 April 1943.
Song Nam mengidap kelainan genetik yang membuat jaringan penghubung antara jaringan dengan organ tubuh terganggu.
Karena kelainannya ini, Song Nam memiliki tinggi badan 198 cm dan bobot 122 kilogram di masa dewasanya. Pada tahun 1966, Song Nam mulai berlatih untuk menjadi seorang pegulat di bawah ajaran Kintaro Oki.
Tidak hanya sebagai pasangan Guru dan Murid, mereka berdua menjadi pasangan ganda putra selama awal kariernya sebagai pegulat. Usai berlatih selama 4 tahun, pada tahun 1970, Pak Song Nam memulai debutnya bersama sang guru.
Debut Pak Song Nam sebagai pegulat berlangsung di AS. Masa debutnya ini tergolong sangat gemilang karena dirinya sukses meraih gelar juara ganda putra NWA Texas Tag Team Championship bersama Kintaro Oki dan gelar juara kelas berat NWA Western States Championship.
Di tahun 1972, Song Nam sempat kalah dalam turnamen kelas berat NWA Missouri Championship usai takluk dari pegulat AS bernama Harley Race. Di tahun yang sama, Song Nam memulai debutnya di Championship Wrestling from Florida (CWF).
Karier Song Nam di CWF juga terbilang sukses. Sepanjang kariernya di sana, ia sempat dipertandingkan dengan sejumlah pegulat legendaris dunia, seperti Jack Brisco, Hiro Matsuda, Terry Funk dan Dusty Rhodes.
Di sela-sela kariernya di CWF, Song Nam sempat bertanding di Jepang pada periode 1975-1976. Ia bahkan sempat bertanding melawan rekan gurunya, yaitu Antonio Inoki.
Pertandingan antara Song Nam dan Inoki berlangsung pada 10 Oktober 1976 di Seoul, Korea Selatan.
Saat itu, mereka bertanding untuk memperebutkan sabuk juara kelas berat dunia NWF. Tapi sayangnya, Song Nam kalah dari Inoki.
Karier Song Nam di CWF hanya berlangsung sampai tahun 1979. Setahun kemudian, Song Nam mulai berkarier di sejumlah perusahaan gulat AS lainnya, seperti Central States Wrestling dan Big Time Wrestling.
Song Nam sempat memenangkan sabuk juara ganda putra NWA Central States Championship bersama rekannya yang bernama Great Kabuki.
Dan pada 26 Oktober 1980, Song Nam melakukan pertandingan terakhirnya dalam pertandingan 4 lawan 4 di Dallas Sportatorium.
Song Nam berada dalam tim yang beranggotakan dirinya, Stan Stasiak, Gino Hernandez dan Gary Young, sedangkan lawannya adalah tim dari Bruiser Brody, Fritz Von Erich, Kevin Von Erich dan David Von Erich.
Semenjak pertandingannya di Dallas Sportatorium, Song Nam sudah tidak pernah terlihat lagi bertanding. Setelah 2 tahun berlalu, dunia gulat pun dikejutkan dengan meninggalnya Pak Song Nam pada 24 Oktober 1982.
Baca Juga: Seru! Kereta Cepat di Jepang Jadi Arena Pertandingan Gulat
Song Nam meninggal akibat efek samping dari kelainan genetik pada tubuhnya. Kelainannya ini disebut sebagai Sindrom Marfan. Jenazah Song Nam dimakamkan di Seoul, Korea Selatan.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia