Laurel Hubbard dilaporkan menjadi atlet transgender pertama yang dipilih untuk bersaing di Olimpiade Tokyo Juli mendatang.
Ofisial telah memilih atlet Selandia Baru itu untuk tim angkat besi wanita menyusul perubahaan terbaru pada persyaratan kualifikasi.
Sebelumnya, banyak mengira karir pria berusia 43 tahun itu akan berakhir pada 2018 setelah mengalami cedera parah pada sikunya.
Dulunya, Hubbard berkompetisi di nomor pria sebelum keluar sebagai transgender pada 2013.
"Saya berterima kasih dan rendah hati dengan kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya oleh begitu banyak warga Selandia Baru," bunyi pernyataan Hubbard yang dikeluarkan oleh Komite Olimpiade Selandia Baru dikutip dari Sun Sport, Selasa (22/6/2021).
Hubbard kini akan bersaing dalam kategori angkat besi 87 kg putri di Olimpiade yang dilaksanakan di Negeri Sakura.
Dia menjadi memenuhi syarat ketika Komite Olimpiade Internasional pada tahun 2015 mengubah aturan.
Pasalnya, IOC kini mengizinkan atlet transgender untuk bersaing sebagai wanita jika kadar testosteron mereka, hormon yang meningkatkan massa otot, berada di bawah ambang batas tertentu.
Tingkat testosteron Hubbard berada di bawah ambang batas itu, tetapi itu tidak menghentikan kritik yang mengklaim partisipasinya di Olimpiade masih tidak adil bagi atlet yang terlahir sebagai wanita tulen.
Para atlet wanita menuntut soal keuntungan biologis, seperti peningkatan kepadatan tulang dan otot dari mereka yang mengalami pubertas sebagai laki-laki.
Rekan angkat besi Anna Vanbellinghen, yang akan bersaing dalam kategori Hubbard, mengatakan tidak adil bagi wanita dan merasa 'seperti lelucon buruk' jika dia diizinkan untuk berpartisipasi di Tokyo.
Meskipun atlet Belgia itu mengatakan bahwa dia sepenuhnya mendukung komunitas transgender, prinsipnya tetap tidak boleh 'dengan mengorbankan atlet wanita lain'.
“Siapa pun yang telah melatih angkat besi di tingkat tinggi tahu ini benar di tulang mereka: situasi khusus ini tidak adil untuk olahraga dan para atlet," kata Vanbellinghen bulan lalu.
“Peluang yang mengubah hidup terlewatkan untuk beberapa atlet – medali dan kualifikasi Olimpiade – dan kami tidak berdaya.”
Namun, baik pemerintah Selandia Baru dan badan olahraga papan atas negara itu telah mendukung partisipasi Hubbard di Olimpiade Tokyo tahun 2021.
“Selain menjadi yang terbaik di dunia untuk acaranya, Laurel telah memenuhi kriteria kelayakan IWF, termasuk yang didasarkan pada pedoman Pernyataan Konsensus IOC untuk atlet transgender," kata Ketua Eksekutif Komite Olimpiade Selandia Baru Kereyn Smith.
“Kami mengakui bahwa identitas gender dalam olahraga adalah masalah yang sangat sensitif dan kompleks yang membutuhkan keseimbangan antara hak asasi manusia dan keadilan di lapangan."
“Sebagai tim Selandia Baru, kami memiliki budaya 'manaaki' (rasa hormat) yang kuat dan inklusi serta rasa hormat untuk semua."
"Kami berharap dapat mendukungnya dalam persiapan terakhirnya menuju Tokyo," sambung Kepala Olimpiade Angkat Besi Selandia Baru, Richie Patterson.
Sebagai tambahan informasi, Hubbard juga pernah memenangkan emas di Olimpiade Pasifik 2019 di Samoa, mengalahkan seorang atlet dari negara tuan rumah, yang akhirnya memicu kontroversial.
Pelatih angkat besi Samoa sejak itu mengecam pemilihan atlet untuk Olimpiade.
Federasi angkat besi Australia pun pernah mencoba melarang Hubbard berkompetisi dalam Commonwealth Games 2018 di Gold Coast.
Penolakan itu seiring dengan Hubbard yang akhirnya menarik diri dari kompetisi tersebut karena cedera siku serius.
Artikel Menarik Lainnya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: