Petenis Belarus Aryna Sabalenka (ANTARA/AFP/Martin Bureau).
Petenis nomor lima dunia Aryna Sabalenka mengungkit larangan penyelenggara turnamen Grand Slam Wimbledon terhadap pemain Rusia dan Belarusia di tahun 2022 lalu tidak menghasilkan apa-apa. Dia sangat berharap akan ada perubahan aturan pada 2023.
Adapun larangan pemain Rusia dan Belarusia tampil menyusul invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina, Asosiasi Tenis Inggris mendapat tekanan dari pemerintah untuk memberlakukan larangan tampil tersebut.
Pemain Rusia dan Belarusia, termasuk Sabalenka, akhirnya dilarang dari Wimbledon dengan ATP dan WTA - badan pengatur pria dan wanita - merespon dengan mencabut poin peringkat dari turnamen Grand Slam itu.
"Saya sangat kecewa entah bagaimana olahraga ada dalam politik. Kami hanya atlet yang memainkan olahraga. Itu saja. Kami bukan soal politik," ujarnya sebagaimana dilansir dari Antara, Minggu (1/1/2023).
"Jika kami semua bisa melakukan sesuatu, kami akan melakukannya, tetapi kami tidak memiliki kendali.
"Mereka melarang kami dari Wimbledon, dan apa yang berubah? Tidak ada - mereka masih melakukan ini (perang), dan ini adalah (bagian) yang menyedihkan dari situasi ini."
Baca Juga: Kesal Cedera Terus, Rafael Nadal Pikirkan Buat Pensiun
LTA, badan pengatur olahraga Inggris, belum mengumumkan apakah larangan itu akan tetap berlaku untuk 2023. Sabalenka mengatakan, tidak ada yang mendukung perang dan dia berharap bisa bermain di Wimbledon tahun ini.
"Saya sangat berharap bisa bermain di sana (tahun 2023), hanya karena masyarakat, untuk merasakan atmosfer ini," tegas Sabalenka.
Baca Juga: Novak Djokovic Trauma Dideportasi Australia: Semoga Nggak Kejadian Lagi!
Petenis lainnya yang dilarang masuk All England Club tahun lalu termasuk Daniil Medvedev, Andrey Rublev, dan Victoria Azarenka.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: