INDOZONE.ID - Legenda Tim Nasional (Timnas) Jerman Miroslav Klose menilai adanya perubahan kultur sepakbola, di mana sejumlah pemain muda hanya mementingkan popularitas.
Miroslav Klose merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Jerman pada masanya. Selama 13 tahun membela Die Mannschaft, mantan pemain berusia 46 tahun itu tercatat mampu mengemas 71 gol dalam 137 penampilan untuk Der Panzer.
Tak hanya itu, rekor lainnya milik Klose yang belum bisa dipecahkan oleh pemain manapun, yaitu ia mampu menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia dengan torehan 16 gol dalam 4 edisi Piala Dunia, dan puncak karier internasionalnya adalah membawa Timnas Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 lalu.
Klose sendiri menghabiskan karir sepak bolanya selama 19 tahun, dengan mengawali karirnya di FC 08 Homburg, eks pemain Kaiserlautern medio 1999-2004 itu justru mengakhiri karier sepak bolanya di Italia bersama Lazio pada 2016 lalu.
Baca Juga: Jamie Vardy Bikin Fans Tottenham Hotspur Kesal, Sindir Gak Pernah Juara Liga Inggris!
Namun, dibalik pensiunnya Klose saat itu ternyata ada rasa kekecewaan yang dirasakan oleh pria kelahiran Polandia itu. Dalam wawancaranya pada 2023 lalu, Klose mengungkapkan bahwa keputusannya untuk pensiun dari dunia sepak bola karena ia sudah tak mengenal olahraga yang ia cintai sejak masa kanak-kanak.
Klose merasa bahwa perubahan sepak bola saat ini sangatlah besar, sehingga hal itu mengubah esensi dan seni dari sepak bola itu sendiri.
Mantan penyerang Werder Bremen medio 2004/2007 itu juga mengatakan bahwa pemain-pemain zaman sekarang lebih memikirkan hal lain daripada sepak bola.
"Di era sekarang, para pemain muda hanya memikirkan tentang hal lain. Saat saya masih anak-anak, saya hanya memikirkan tentang latihan dan bagaimana saya bisa menjadi seseorang di permainan yang saya sukai ini," kata Klose dalam wawancaranya yang dikutip dari The Sun pada Selasa (20/8/2024).
Klose juga kembali mengenang masa-masanya saat masih aktif sebagai pemain, yang dimana ia selalu memberikan yang terbaik bagi timnya, tak hanya di pertandingan saja tetapi juga saat latihan.
Baca Juga: Marselino Ferdinan Kayak Mimpi Bisa Main di Klub Liga Inggris Oxford United
Pria yang juga pernah memperkuat Bayern Munich di periode 2007-2011 itu merupakan tipikal pemain yang selalu bertanggung jawab atas persiapannya sendiri. Saat ia masih memperkuat Lazio dan Timnas Jerman, ia selalu berendam air yang berisi es setelah sesi latihan guna menghindari cedera. Namun, hal yang dilakukan oleh Klose tak diikuti oleh para pemain muda.
Tak hanya itu, Klose juga menyoroti attitude para pemain muda saat ini yang dinilai kurang menghargai sesama.
"Di Lazio dan di Tim Nasional, setelah sesi latihan saya selalu berendam di air yang berisi es untuk menghindari cedera, tetapi para pemain muda itu menolak untuk melakukan hal yang serupa," ungkap Klose.
"Saat saya membereskan tas dan bola di lapangan para pemain muda akan mengatakan 'siapa yang menyuruhmu melakukan hal itu?'. Dalam hati saya berkata 'kalian anak umur 20 tahun tetapi tak bisa membantu pekerja berusia 60 tahun?'" kata mantan pemain yang saat ini menjabat sebagai pelatih FC Nurnberg itu melanjutkan.
Baca Juga: CLBK dengan Gundogan, Manchester City Siap Pulangkan Sang Mantan dari FC Barcelona
Dari pengalaman itu, Klose menilai bahwa nilai-nilai dasar yang dulu sangat di junjung tinggi dalam olahraga sepak bola seperti kerja keras, kerendahan hati dan saling menghormati sesama kini telah memudar. Sebab, kini para pemain muda zaman sekarang lebih mementingkan penampilan daripada kualitas di atas lapangan.
"Pemain zaman sekarang lebih mementingkan penampilan, apakah kaos kaki yang mereka pakai cocok dengan sepatunya? Sejak saat itulah saya memutuskan untuk berhenti, sepak bola yang saya kenal sekarang sudah tidak ada lagi," kata pria berpostur 184 cm itu.
Tak hanya itu, pemain yang menjadi bagian skuad juara Timnas Jerman di Piala Dunia 2014 itu juga menyoroti perubahan gaya hidup dan priotitas pemain muda saat ini. Ia menambahkan, para pemain muda saat ini hanya mementingkan ketenaran dan citra adalah segalanya bagi para pemain saat ini.
"Saat ini mereka hanya mementingkan mobil pertama yang mereka beli, sponsor dan sepatu mereka. Bagi mereka, image di muka umum lebih penting daripada sepak bola itu sendiri," tutur Klose memaparkan.
Baca Juga: Maarten Paes, Pemain Naturalisasi Terbaru Timnas Indonesia Masuk Daftar 5 Kiper Termahal di Asia
Bagi Klose, sepak bola itu bukanlah tentang kemewahan atau popularitas tetapi olahraga tersebut juga mengajarkan akan kesederhanaan. Selain itu, ia bependapat bahwa sepak bola tentang cinta murni pada permainan itu sendiri.
Sepanjang karirnya, Klose selalu mengutamakan sepak bola sebagai prioritas utamanya, sehingga hal itu menjadi kesuksesan mantan asisten pelatih Bayern Munich itu.
"Bagi saya yang terpenting adalah sepak bola dan segala keindahannya," kata Klose menutup wawancaranya.
Kritikan yang dilontarkan oleh Miroslav Klose itu bukanlah isapan jempol belaka. Sebab dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola modern sudah semakin berkembang pesat. Adanya media sosial dan industri mode yang sudah semakin terintegrasi dengan dunia olahraga juga mengubah mindset para pemain, khususnya pemain muda memandang karir mereka ke depannya.
Baca Juga: Beda dengan Arne Slot, 5 Pelatih Liverpool ini Kalah di Laga Debut Liga Inggris
Bagi mereka, saat ini sepak bola bukan hanya sekedar untuk mencetak gol saja, melainkan olahraga sepak bola kini sudah menjadi semacam platform untuk meningkatkan citra mereka dan popularitas mereka.
Miroslav Klose melihat fenomena semacam ini dapat merusak marwah dari sepak bola. Wajar saja, jika Klose sangat merindukan masa-masanya saat masih aktif bermain yang dimana para pemain di eranya Klose lebih mengutamakan sepak bola daripada memikirkan hal-hal lainnya.
Meski begitu, Klose menyadari bahwa seiring berkembangnya zaman, yang dimana hal itu juga berpengaruh ke dalam kultur sepak bola itu sendiri.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Sun