Menilik Cara Nuno Espirito Santo Merubah Nottingham Forest dari Tim Semenjana Menjadi Tim Kuda Hitam
INDOZONE.ID - Liga Inggris musim 2024/25 tampaknya akan menjadi musim kebangkitan bagi salah satu klub legendaris, Nottingham Forest.
Bagaimana tidak, hingga pekan ke-15 Liga Inggris musim ini, Nottingham Forest mampu bertengger di posisi big six. Kini, klub yang bermarkas di City Grounds itu berada di posisi kelima dengan koleksi 25 poin, dengan catatan 7 menang, 4 imbang dan 4 kalah.
Pada pertandingan terakhir mereka, Chris Wood dan kolega secara mengejutkan berhasil mengalahkan Manchester United asuhan Ruben Amorim dengan skor 3-2. Tentu saja, kemenangan tim berjuluk The Tricky Trees itu sekaligus mengakhiri rekor buruk mereka saat menghadapi klub pengoleksi 20 gelar Liga Inggris itu.
Sebab, terakhir kali Forest menang atas United pada 17 Desember 1994 silam, yang mana Nottingham yang saat itu masih diasuh oleh Frank Clark itu mampu menang 2-1 atas MU asuhan Sir Alex Ferguson.
Baca Juga: Kylian Mbappe Akui Banyak Belajar dari Lionel Messi saat Masih Berseragam PSG
Tentu saja, performa impresif yang ditunjukkan oleh Nottingham Forest asuhan Nuno Espirito Santo musim ini, serasa membawa klub yang berdiri sejak 1865 itu kembali ke masa kejayaan di era kepelatihan Brian Clough.
Diketahui, Nottingham Forest pernah merasakan masa kejayaan di era akhir 70an hingga pertengahan 90an, yang dimana saat itu Forest asuhan Brian Clough pernah menjadi juara Liga Champions dua musim beruntun yaitu pada musim 1978/79 dan 1979/80, serta menjuarai satu gelar Liga Inggris yang diraih pada musim 1977/78 silam.
Lantas bagaimana Nuno Espirito Santo menyulap Nottingham Forest dari tim semenjana menjadi salah satu klub kuda hitam di Liga Inggris musim ini? Padahal di musim sebelumnya, Nottingham merupakan salah satu tim yang berjuang untuk terhindar dari jeratan degradasi.
Pada artikel ini, tim Indozone Soccer akan berikan analisis terkait kebangkitan Nottingham Forest dibawah asuhan Nuno Espirito Santo musim ini.
Kebijakan Transfer Pemain yang Efisien
Jelang musim kompetisi 2024/25 dimulai, Nottingham Forest melakukan sedikit perombakan untuk memperkuat skuad mereka musim ini, nama-nama lama seperti Scott McKenna, Remo Freuler, Joe Worrall, Ui-Jo Hwang, Loic Mbe Soh dan Orel Mangala mereka jual ke klub lain.
Sementara itu, pemain-pemain seperti Lewis O'Brien, Omar Richards, dan Josh Bowler mereka lepas sebagai pemain pinjaman ke klub lain.
Pada jendela transfer musim panas lalu, Nottingham Forest hanya menghabiskan dana sebesar 94,5 juta Euro atau Rp1,5 miliar untuk membeli 9 pemain baru, diantaranya Elliot Anderson (Newcastle United), Jota Silva (Vitoria Guimaraes), Nikola Milenkovic (Fiorentina), Ramon Sosa (CA Talleres), Morato (Benfica), Eric Da Silva Moreira (St. Pauli), Carlos Miguel (Corithians).
Sementara dua rekrutan anyar mereka lainnya seperti Marko Stamenic yang dibeli dari Red Star Belgrade dan David Carmo yang dibeli dari FC Porto kini sedang menjalani masa peminjaman ke klub Yunani, Olympiacos musim ini.
Selain membeli 9 pemain anyar, Forest juga mendatangkan dua pemain James Ward Prowse dari West Ham dan juga Alex Moreno dari Aston Villa. Dari hal itulah, geliat transfer pemain yang dilakukan oleh Nottingham Forest pada musim panas lalu dinilai cukup efisien.
Sebab, dengan biaya transfer yang amat terbatas, Nuno Espirito Santo mampu menyulap klub berjuluk The Tricky Trees itu menjadi salah satu klub kuda hitam di Liga Inggris musim ini. Tentu saja, upaya dari pelatih asal Portugal itu untuk merubah Nottingham dari klub semenjana menjadi klub kuda hitam juga tak terlepas dari beberapa pemain barunya seperti Jota Silva, Nikola Milenkovic hingga Elliot Anderson yang mampu tampil apik pada musim ini.
Baca Juga: Tak Senang Dicadangkan, Thom Haye Disebut akan Hengkang dari Almere City
Pendekatan Taktikal Nuno Espirito Santo
Pendekatan taktikal yang diterapkan Nuno Espirito Santo berperan besar terhadap kebangkitan Nottingham Forest musim ini. Melansir dari The Football Analyst, pelatih berusia 50 tahun itu selalu menggunakan formasi dasar 4-2-3-1 saat melakukan build-up, dengan Elliot Anderson dan Ibrahim Sangare dipasang sebagai double pivot.
Alasan Nuno Espirito Santo untuk menggunakan formasi 4-2-3-1 karena formasi tersebut dinilai stabil dan fleksibel untuk memfasilitasi pergerakan bola dari bertahan ke menyerang. Keempat bek tersebut memberikan pertahanan yang solid, dengan kedua full-back sering kali naik ke atas untuk memberikan lebar lapangan.
Sementara, untuk kedua gelandang bertahan inilah memiliki peran penting sebagai double pivot untuk mendistribusikan bola dan juga membantu lini pertahanan. Kemudian, untuk ketiga gelandang serang yang ditempatkan di tengah dan di sayap bertujuan untuk memanfaatkan ruang di antara lini lawan yang mendukung striker tunggal untuk memimpin serangan.
Selain itu, formasi 4-2-3-1 yang diusung Nuno Espirito Santo juga memungkinkan keserbagunaan dalam opsi passing, dengan tim dapat melakukan switch play, membangun lini tengah atau mengeksploitasi area luas sehingga aktif untuk mengontrol penguasaan bola dan melancarkan serangan yang variatif.
Para pemain Nottingham Forest asuhan Espirito Santo kerap kali melakukan rotasi posisi secara konstan saat melakukan build-up serangan. Tim mengadopsi pendekatan dinamis, berpindah antar formasi untuk menciptakan keunggulan numerik dan memanfaatkan ruang.
Baca Juga: Calvin Verdonk Akui Punya Mimpi Besar Dalam Karir Sepak Bolanya, Salah Satunya Merumput di La Liga
Nuno Espirito Santo Menerapkan Mid-Press dan Low-Press yang Membuat Lini Pertahanan Semakin Solid
Nuno Espirito Santo juga menerapkan mid-press dan juga low-press saat bertahan, yang dimana Nottingham Forest kerap kali merubah formasi menjadi 4-2-4 saat bertahan. Penggunaan formasi 4-2-4 saat bertahan tentunya membutuhkan keseimbangan antara melakukan pressing tinggi dan juga menjaga solidaritas pertahanan.
Sementara, dua gelandang tengah memainkan peran penting sebagai perisai utama di depan bek sekaligus untuk mendukung pressing di saat tim berusaha mendapatkan penguasan bola.
Di saat, Forest menerapkan low-press maka para pemain langsung membentuk formasi 4-4-2, dengan dua winger mereka turun ke tengah.Dalam pengaturan ini, dua kelompok yang terdiri dari empat pemain akan tetap rapat dan sempit, dengan fokus melindungi area sentral untuk memaksa lawan melebar, di mana akan lebih sulit untuk menciptakan peluang emas.
Dari hal itulah yang membuat lini pertahanan Nottingham Forest begitu solid, yang dimana hingga pekan ke-15, mereka baru kebobolan 18 gol.
Baca Juga: Bawa Skuad Termuda dengan Rata-rata Usia 20 Tahun, Timnas Indonesia Bisa Juara Piala AFF 2024?
Kans Nottingham Forest Untuk Finish di 4 Besar
Nottingham Forest saat ini duduk di peringkat kelima di klasemen sementara Liga Inggris dengan koleksi 25 poin, mereka hanya berselisih dua poin saja dari Man City yang berada di posisi keempat.
Jika berbicara kans Nottingham Forest untuk finish di posisi 4 besar, tentunya terlalu dini untuk membahas hal tersebut. Sebab, perjalanan The Forest di Liga Inggris musim ini masih sangat panjang.
Namun, jika performa Nottingham Forest bisa terus konsisten hingga akhir musim, bukan tidak mungkin jika tim besutan Nuno Espirito Santo itu untuk finish di posisi 4 besar dan lolos ke Liga Champions musim depan.
Andaikan, gagal menembus 4 besar setidaknya Nottingham Forest masih bisa memperebutkan posisi kelima atau keenam untuk bisa bermain di Liga Europa.
Itu tadi, sobat Indozone sedikit analisis dari kami terkait kebangkitan Nottingham Forest dibawah asuhan Nuno Espirito Santo. Tentu saja, kebijakan transfer dan pendekatan taktikal yang diterapkan pelatih asal Portugal itu berdampak positif bagi kebangkitan salah satu klub legendaris di Inggris tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Analisa Redaksi, The Football Analyst