Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum tengah jadi sorotan. Penyebabnya adalah dihentikannya Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis karena tudingan eksploitasi anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) menilai ajang tersebut memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok.
Banyak yang menyayangkan hal tersebut. Pasalnya, audisi itu merupakan wadah buat PB Djarum menyaring atlet yang bakal ditempa untuk jadi tumpuan Indonesia.
Bukan rahasia lagi, PB Djarum merupakan "pabrik" pencetak pemain andal. Dari sinilah, sejumlah pebulutangkis top muncul dan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Sudah 50 tahun, PB Djarum melakoni tugas mereka sebagai penyuplai pemain untuk Indonesia. Awalnya klub ini dibentuk sebagai perkumpulan untuk karyawan internal pabrik rokok. Mereka mulai berlatih di Brak Bitingan Lama, Kudus, pada 1969.
Saat itulah Budi Hartono, pemilik Djarum, menempa satu anak asli Kudus berusia 13 tahun. Dia adalah Liem Swie King, pemuda yang kemudian melegenda.
Tiga tahun berselang, jerih payah Budi Hartono berbuah manis. King merebut gelar juara pada ajang Munadi Cup 1972.
Pada 1974, PB Djarum resmi sebagai klub bulutangkis. King menjadi pemain andalan. Tak hanya untuk PB Djarum, tapi juga Indonesia.
Pemain yang dijuluki King Smash karena smes kerasnya itu, berhasil menyumbang beberapa gelar untuk Merah Putih. Sebut saja All England (1978, 1979, 1981) dan medali emas Asian Games 1978.
Tak hanya Indonesia, PB Djarum ikut bangga dengan prestasi King.
Muncul Penerus King
Setelah King, klub yang bermarkas di Kudus itu mulai melahirkan pemain-pemain hebat lainnya. Di antaranya Ardy B Wiranata, Alan Budi Kusuma, Hariyanto Arbi, Kartono, Heriyanto, Eddy Hartono, Gunawan, Sigit Budiarto, Minarti Timur, Eng Hian dan Maria Kristin.
Dari para pemain ini, PB Djarum ikut berperan menyumbang gelar All England, Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan Dunia, medali Asian Games dan Olimpiade, untuk Indonesia.
Tercatat, sudah ada 11 atlet PB DJarum yang mempersembahkan medali Olimpiade untuk Merah Putih. Prestasi membanggakan, sudah pasti!
Tetap Jadi Tumpuan
Kini, PB Djarum tetap jadi tumpuan Indonesia untuk meraih prestasi di level internasional. Beberapa pemain dari klub ini masih menghiasi Pelatnas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Tontowi Ahmad, Gloria Emmanuele Widjaja, Shesar Hiren Rhustavito dan Kevin Sanjaya Sukamuljo merupakan beberapa wakil PB Djarum di Pelatnas Cipayung.
Di luar itu, masih ada nama Mohammad Ahsan. Pemain satu ini memang tak lagi masuk Pelatnas PBSI, tapi tetap jadi tumpuan Merah Putih meraih prestasi di kategori ganda putra.
Berdasarkan data yang dirilis PB Djarum, ada lebih 5000 atlet bulutangkis yang sudah mereka bina sejak 1969. Jumlah ini diyakini bakal terus bertambah karena PB Djarum masih terus mencari pemain berbakat di Tanah Air.
Sayangnya, salah satu ajang untuk menyaring penerus Liem Swie King harus dihentikan karena alasan yang tak berdasar. Setidaknya itu yang disampaikan Menpora Imam Nahrawi dalam surat nomor S.8.30.1/MENPORA/SET.BII/VIII/2019 berisi tanggapan atas permohonan pemberhentian Audisi Umum Djarum yang diajukan KPAI pada 29 Juli 2019.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: