Grandmaster (GM) adalah gelar tertinggi yang diberikan oleh organisasi catur internasional, Federation Internationale des Echecs (FIDE). Gelar seumur hidup ini diberikan kepada para pemain catur yang berprestasi.
Syarat-syarat menjadi seorang Grandmaster sangatlah rumit, yakni harus memiliki peringkat catur ELO minimal 2500 dan memenangkan Kejuaraan Junior Dunia.
Di Indonesia sendiri, permainan catur ternyata menorehkan pencapaian yang membanggakan. Terbukti dengan banyaknya pecatur Indonesia yang dinobatkan sebagai Grandmaster. Penasaran siapa saja? Simak infonya berikut ini, ya.
Profil Grandmaster Catur Indonesia
Kalau kamu mau mengenal lebih dekat para GM yang berprestasi, berikut Indozone rangkum profil grand master catur Indonesia di bawah ini.
1. Herman Suradiradja
Pecatur Indonesia yang pertama kali meraih gelar Grand Master (GM) adalah Herman Suradiradja.
Pria kelahiran Sukabumi, 14 Oktober 1947 ini menempuh pendidikan catur dan memperoleh semua norma GM di Bulgaria.
Herman mulanya tampil di Kejuaraan Nasional pada tahun 1964, namun kalah di babak kualifikasi.
Saat berusia remaja belasan tahun, ia lolos seleksi pembentukan regu catur Indonesia untuk Olimpiade Havana 1966.
Selama tahun 1967-1974 prestasi Herman naik turun. Tahun 1975 barulah ia menyabet Juara Nasional pada kejuaraan yang digelar di Medan, Sumatera Utara.
Herman lalu mendapatkan norma Master Internasional tahun 1976, dan meraih gelar GM hanya dalam waktu dua tahun.
Herman sering mengikuti turnamen catur dan menorehkan prestasi, bahkan ketika kesehatannya memburuk.
Sayangnya, ia tidak mampu menunjukkan performa maksimalnya, karena permainan dan ratingnya menurun dengan cepat.
Selain menjadi pemain catur, Herman juga pernah bekerja di Dispenda DKI. Ia menghembuskan napas terakhir tahun 2016.
2. Haji Ardiansyah
Herman Ardiansyah atau yang dikenal dengan Haji Ardiansyah, merupakan pemain catur terkemuka di Indonesia.
Pria kelahir Banjarmasin, 5 Desember 1951 ini beberapa kali telah mewakili Indonesia dalam Olimpiade Catur.
Salah satunya yakni Olimpiade Catur di Dubai tahun 1986, ia berhasil mengalahkan pecatur top dunia GM Viswanathan Anand asal India.
Pecatur Indonesia yang kerap disapa Abah ini, dikenal sebagai sebagai sosok yang disiplin dalam menjalani latihan demi menghadapi turnamen.
Gelar Grandmaster catur diperoleh Abah saat Olimpiade Catur di Lucerne, Swiss pada tahun 1982.
Peringkat ELO tertinggi yang pernah diraih Abah yaitu 2421 pada Juli 2000. Abah meninggal pada 28 Oktober 2017 saat umur 68 tahun.
3. Utut Adianto Wahyuwidayat
Utut Adianto Wahyuwidayat juga merupakan peraih gelar Grandmaster catur di Indonesia.
Pria yang lahir di Jakarta, 16 Maret 1965 ini, mendapatkan gelarnya di usia yang masih 21 tahun.
Utut sempat menjadi grand master super pada tahun 1995-1999, saat ELO ratingnya melebihi 2600.
Tak hanya itu, Utut juga pernah masuk peringkat 100 besar dunia pada Juli 2001 dengan ELO rating 2598.
Utut kemudian mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) pada 1 Juli 1993, yang telah mencetak beberapa pecatur nasional lainnya.
Utut ternyata juga berprofesi sebagai politikus dan menjabat Wakil Ketua DPR pada 20 Maret 2018. Kini ia mengemban amanat menjadi Ketua Umum Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
4. Edhi Handoko
Edhi Handoko adalah Grandmaster catur keempat Indonesia. Ia meraih gelarnya pada tahun 1994 dengan rating ELO 2495.
Edhi yang lahir di Solo, 28 Agustus 1960 ini, sebelumnya telah menyabet gelar Master Nasional pada tahun 1978.
Kemudian gelar Master FIDE dan Master Internasional tahun 1982. Prestasi yang dicapainya yakni menjadi Juara Nasional tahun 1978, 1979, 1984 dan 1991.
Edhi pun sukses merebut medali emas PON 1985 kategori perorangan maupun regu serta medali emas di nomor beregu PON 2004.
Tak hanya itu, prestasi Edhi di tingkat internasional juga tak diragukan lagi. Ia sudah delapan kali mewakili tim Indonesia dalam bertanding catur.
Selain itu, Edhi juga merebut medali perak beregu SEA Games 2003 dan juara beregu Antarkota Asia tahun 1993 dan 1994.
Edhi lalu menjabat sebagai kapten tim putri Indonesia tahun 1990 dan kapten tim putra tahun 2006 dan 2008.
Namun, karena masalah kesehatan, Edhi akhirnya mundur sebagai pemain catur, dan beralih menjadi pelatih bagi pecatur muda Indonesia.
5. Cerdas Barus
Pecatur Indonesia membanggakan selanjutnya yaitu Cerdas Barus, seorang pecatur tuna rungu peraih gelar Grandmaster catur.
Ia lahir di Karo, 1 Januari 1961 dan mengenal catur sejak umur 14 tahun. Barus mulanya bermain Satur Karo, yaitu Catur Karo yang berbeda dengan permainan catur pada umumnya.
Tahun 1978, barulah Barus mengetahui permainan catur sesungguhnya, saat ia pindah ke kota Medan.
Meski memiliki kekurangan, Barus justru bisa melampaui ketertinggalannya. Tak heran tahun 1981 ia menjadi Juara Kedua dalam Kejuaraan Provinsi Sumatera Utara.
Barus pun memperoleh gelar Master Nasional ketika mengikuti ajang Kejuaraan Nasional di Bandung, 1982.
Tahun 1983, Barus mulai karirnya di kancah internasional, dengan bergabung sebagai anggota regu kota Medan yang ikut serta dalam Kejuaraan Kota Asia di Hongkong.
Kemudian diikuti oleh Olimpiade Catur di Yunani tahun 1984. Sejak saat itu, Barus tidak pernah absen mengikuti berbagai perhelatan catur di Indonesia sampai tahun 2002.
6. Ruben Gunawan
Peraih gelar Grandmaster catur ke-6 di Indonesia yakni Ruben Gunawan. Ruben punya pengetahuan teori catur yang tergolong luas.
Tak heran jika pria yang lahir di Jakarta, 17 April 1968 ini sangat ditakuti di arena catur kilat.
Ruben mulai meniti karir di dunia catur ketika ia memenangkan Kejuaraan Nasional KU16 di Bandung tahun 1982. Di tahun itu pula Ruben gelar Master Nasional.
Ruben juga berhasil keluar sebagai pemenang Kejuaraan Yunior Asia 1983 di Kuala Lumpur, Malaysia dan Kejuaraan Nasional KU19 di Jakarta tahun 1984.
Kiprah Ruben di kancah internasional terbukti pada kejuaraan di Finlandia, Singapura, Eropa, dan Amerika Serikat, hingga ia pun mendapat gelar Master Internasional.
Tahun 1998, Ruben kemudian dinobatkan sebagai Grandmaster Indonesia yang ke-6.
Tahun 2000 dan 2004, Ruben bermain dalam dua Olimpiade Catur, yaitu di Istanbul, Turki dan Calvia, Spanyol. Namun, Ruben tidak mampu bermain hingga selesai di Calvia.
Ia dilarikan ke rumah sakit dan langsung didiagnosis mengidap radang paru-paru stadium akut.
Ruben meninggal dunia pada tanggal 27 Agustus 2005 di Manado, Sulawesi Utara di usia 37 tahun.
ELO ratingnya saat itu adalah 2463, sementara rating tertinggi yang pernah dicapainya adalah 2467.
7. Susanto Megaranto
Peraih gelar Grandmaster catur selanjutnya yaitu Susanto Megaranto yang ditetapkan sebagai GM catur termuda Indonesia karena meraih gelar GM saat masih berumur 17 tahun di tahun 2004.
Saat berusia 10 tahun, Susanto menjuarai Kejurda KU12 di Bandung dan Kejurnas KU10 di Banda Aceh.
Susanto berhasil menorehkan prestasi dengan memenangkan Kejuaraan Catur Indonesia empat kali berturut-turut dari tahun 2006 hingga 2010.
Pria kelahiran Indramayu, 8 Oktober 1987 yang merupakan alumni dari Sekolah Catur Utut Adianto ini juga sukses memboyong medali emas SEA Games 2011, 2013, dan 2019.
Susanto pun memperoleh gelar Juara Asia pada tahun 2011 dan 2019. Peringkat ELO tertingginya yaitu 2569 dan peringkat FIDE 2550.
8. Novendra Priasmoro
Peraih Grandmaster ke-8 di Indonesia jatuh kepada Novendra Priasmoro, yang juga alumni Sekolah Catur Utut Adianto.
Pria kelahiran Jakarta, 24 November 1999 ini meraih gelar GM dengan ELO rating mencapai 2504 saat menjuarai Liberic Open 2020 di Ceko.
Prestasinya pun berderet, mulai dari tahun 2012, 2014, 2015, 2016, hingga 2017 berturut-turut menjadi juara satu di Kejurnas dan Japfa Chess Festival.
Di kancah internasional, Novendra juga tak kalah pamor. Ia memenangkan Kejuaraan World School 2014 d Brazil, juara tiga Penang Open 2017 di Malaysia, dan Juara 1 Kejuaraan Asian Junior U20 2017 di Filipina.
9. Irene Kharisma
Irene Kharisma adalah pecatur Indonesia penyandang gelar Grand Master Internasional Wanita (GMIW) sejak Desember 2008.
Irene mengaku sudah diajak ayahnya bermain catur di lapak-lapak sedari usia 8 tahun dengan durasi 4 jam sehari.
Kebiasaan tersebut telah melatih mental dan pengalaman Irene dalam permainan catur. Ia pun bergabung di Sekolah Catur Utut Adianto mulai tahun 1999.
Wanita kelahiran Jakarta, 7 April 1992 ini berhasil meraih juara pertama kali saat kelas IV SD.
Irene pernah menjadi atlet termuda dari semua cabang ketika terpilih menjadi anggota kontingen Indonesia untuk SEA Games Vietnam 2003.
Dari ajang tersebut, Irene yang saat itu berusia 11 tahun membawa pulang dua keping medali perak.
Tahun 2014 setelah mencapai rating 2400, Irene menyandang gelar Master Internasional (IM), gelar bagi pecatur laki-laki.
Tak terhitung prestasi catur yang ditorehkan Irene mulai dari tahun 2002 hingga 2014. Beragam penghargaan juga diraih Irene sejak 2005 hingga 2009.
Nah, itulah biografi singkat pecatur Indonesia yang bergelar Grandmaster. Siapa nih yang paling kamu suka?
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: