Senin, 26 MEI 2025 • 13:55 WIB

Aturan Baru F1 Gagal Total di GP Monako, Pembalap Kompak Protes Dua Pit Stop

Author

Grand Prix Formula 1 di Monako.

INDOZONE.ID - Grand Prix Monako selalu menjadi salah satu balapan paling ikonik di kalender Formula 1, dikenal dengan sirkuit jalanan yang sempit, tikungan tajam, dan sejarah yang kaya.

Namun, di balik kemegahannya, balapan di Monako seringkali dikritik karena kurangnya aksi menyalip dan cenderung membosankan.

Untuk mengatasi masalah ini, pihak penyelenggara F1 memperkenalkan regulasi wajib dua pit stop pada balapan terbaru di Monako.

Baca Juga: McLaren Masih Jadi Mobil Paling Cepat di Formula 1, Piastri: Kita Tak Bisa Leha-leha

Sayangnya, eksperimen ini menuai banyak kritik dari para pembalap, termasuk juara dunia Max Verstappen, yang menyatakan bahwa regulasi tersebut "gatot" alias gagal total.

Eksperimen yang Gagal

Keputusan untuk mewajibkan pembalap menggunakan tiga set ban yang berbeda selama balapan diambil dengan harapan dapat menghidupkan kembali balapan yang terkenal monoton dan minim aksi menyalip.

Teorinya, lebih banyak pit stop akan menciptakan variasi strategi, membuka peluang untuk menyalip di pit lane, atau setidaknya membuat balapan lebih tidak dapat diprediksi.

Namun, realitas di lintasan berkata lain. Para penonton yang berharap melihat banyak aksi menyalip mungkin hanya berhalusinasi.

Empat pembalap terdepan finis di posisi start mereka, dan ketegangan utama hanya berasal dari harapan akan safety car yang tidak pernah muncul.

Max Verstappen yang finis keempat menyindir balapan tersebut dengan sarkasme.

"Sangat menarik. Saya berada di ujung kursi setiap putaran. Itu fantastis," katanya kepada wartawan, tanpa mengharapkan siapa pun menganggap serius ucapannya. "Mungkin tahun depan, empat pit stop. Saya bisa saja melakukan empat pit stop hari ini dan tetap finis P4."

Komentar ini jelas menunjukkan kekecewaan Verstappen terhadap kurangnya efek dari regulasi baru.

Pembalap Lain Berpikir Hal yang Sama

Kritik Verstappen tidak berhenti di situ. Dilansir dari Sky Sports, juara dunia empat kali dari Red Bull ini semakin blak-blakan.

"Anda tidak bisa balapan di sini. Tidak peduli apa yang Anda lakukan. Satu pit stop, 10 pit stop," katanya.

"Sekarang, dengan mobil F1, Anda hanya bisa melewati mobil F2 di sini. Saya mengerti, tapi saya rasa itu tidak berhasil. Kami hampir seperti bermain Mario Kart. Kemudian kami harus memasang bagian-bagian di mobil, dan mungkin Anda bisa melempar pisang. Permukaan licin."

Perbandingan dengan Mario Kart menunjukkan betapa frustrasinya Verstappen dengan kondisi balapan yang terlalu terkontrol dan kurangnya tantangan.

Sentimen pembalap Belanda itu digaungkan oleh pembalap lain. George Russell dari Mercedes menyatakan, "Dua pit stop jelas tidak berhasil sama sekali."

Ungkapan ini menunjukkan betapa tidak efektifnya regulasi tersebut dalam menciptakan balapan yang lebih menarik.

Pemenang balapan dari McLaren, Lando Norris, memberikan jawaban singkat ketika ditanya pendapatnya: "Membencinya."

Namun, ia juga menambahkan bahwa menyalip selalu sulit di Monako dan ia tidak mengerti mengapa orang mengharapkan sesuatu yang berbeda.

F1 Bukanlah Hiburan Semata

Norris juga menyuarakan kekhawatirannya tentang arah F1.

"Saya juga berpikir Formula 1 seharusnya tidak hanya menjadi pertunjukan untuk menghibur orang. Ini adalah olahraga. Ini tentang siapa yang bisa balapan terbaik, siapa yang bisa kualifikasi terbaik," katanya.

"Hal terakhir yang saya inginkan adalah balapan yang direkayasa, dan saya pikir kita harus menjauh dari itu dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan mobil, dengan ban. Maka Anda mungkin akan mulai melihat lebih banyak balapan, tetapi bukan hanya dengan memperkenalkan begitu banyak pit stop," pungkasnya.

Pernyataan Norris ini sangat relevan. Ia menegaskan bahwa esensi F1 adalah kompetisi olahraga, bukan sekadar tontonan yang harus dipenuhi dengan drama buatan.

Masalah kurangnya aksi menyalip, menurut Norris, harus diatasi dengan pengembangan mobil dan ban yang lebih baik, yang memungkinkan balapan yang lebih kompetitif secara alami, bukan dengan aturan yang memaksa.

Dampak dari Posisi Bawah

Mereka yang berada di posisi peraih poin yang lebih rendah juga memiliki pandangan yang sama.

Carlos Sainz dari Williams, yang finis ke-10 setelah ia dan rekan setimnya Alex Albon memanipulasi kecepatan mereka untuk mengamankan keuntungan.

"Saya tidak tahu tentang bagian depan tapi di lini tengah itu menjadi bumerang. Saya senang semua orang mencoba hal-hal baru. Kami mencobanya, bagi saya itu tidak berhasil," ucap Sainz.

"Itu bukan cara saya suka balapan atau bagaimana saya bermimpi tentang balapan di Monako," tambahnya.

Komentar ini menunjukkan bahwa bahkan di tengah persaingan ketat di lini tengah, regulasi wajib pit stop tidak memberikan dampak positif yang diinginkan.

Kontroversi dan Perspektif Berbeda

Pendukung perubahan mungkin menunjuk pada ketidakpastian yang lebih besar selama balapan, dengan risiko yang meningkat dan kemungkinan safety car yang selalu ada, serta strategi yang berbeda yang dimainkan.

Dalam balapan di Monako, di mana setiap milidetik dan keputusan strategis bisa sangat krusial, adanya lebih banyak pit stop memang bisa menambah lapisan strategi yang kompleks.

Namun, di sisi lain, bos Mercedes Toto Wolff memiliki pandangan yang berbeda tentang daya tarik Monako.

"Bahkan jika ini adalah balapan tanpa pit stop... Itu masih merupakan tempat yang luar biasa," kata Wolff tentang sirkuit jalanan yang kental dengan sejarah dan kembali ke masa-masa awal olahraga ini.

Monako, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tetap menjadi balapan yang istimewa karena warisan dan tantangannya yang unik.

Eksperimen regulasi wajib dua pit stop di GP Monako tampaknya tidak berhasil menciptakan balapan yang lebih menarik dan justru menuai banyak keluhan dari para pembalap.

Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk "merekayasa" hiburan dalam olahraga mungkin tidak selalu efektif.

Para pembalap, yang merupakan inti dari olahraga ini, menginginkan solusi yang lebih organik dan mendasar untuk meningkatkan kualitas balapan, seperti pengembangan mobil dan ban yang memungkinkan lebih banyak aksi menyalip secara alami.

Meskipun demikian, daya tarik Monako sebagai sirkuit bersejarah dan menantang tetap tidak pudar, terlepas dari format balapan yang terkadang monoton.

Baca Juga: FIA Berencana Buat Aturan Pit Stop Baru untuk GP Monaco 2025

Tantangan bagi Formula 1 adalah menemukan keseimbangan antara tradisi, tantangan sirkuit, dan kebutuhan untuk menyajikan balapan yang menarik bagi penggemar di seluruh dunia.  


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Sky Sports