Ketika sosok seperti itu memilih hengkang tanpa memberikan pemasukan bagi klub, perasaan kecewa suporter pun menjadi tak terhindarkan.
Meski begitu, dari sisi pemain, keputusannya pergi ke Real Madrid bisa dipahami. Setelah memberikan segalanya untuk Liverpool, Alexander-Arnold mungkin merasa saatnya untuk mencoba tantangan baru di luar Inggris.
Bermain di Santiago Bernabéu memberi kesempatan untuk meraih lebih banyak trofi, termasuk La Liga dan Liga Champions.
Terlebih, sejak usia 22 tahun, ia sudah memilih menandatangani kontrak berdurasi empat tahun yang kini terbukti sebagai keputusan yang memicu kontroversi.
Situasi ini mencerminkan perubahan dalam pola karier pesepakbola Inggris. Nama-nama seperti Harry Kane dan Jude Bellingham, menunjukkan bahwa pemain top dari Inggris kini lebih terbuka merantau ke luar negeri untuk mengembangkan potensi dan meraih sukses.
Baca Juga: Harry Kane Akhirnya Pecah Telur Trofi, Resmi Juara Bundesliga Bareng Bayern Munchen
Dalam konteks ini, Alexander-Arnold hanya mengikuti jejak yang mulai menjadi tren.
Respons keras fans Liverpool menunjukkan betapa dekatnya keterikatan emosional antara klub dan pendukung.
Namun di saat yang sama, hal ini juga menunjukkan betapa beratnya ekspektasi yang dibebankan pada pemain asli akademi.
Pada akhirnya, sepak bola selalu menyimpan sisi emosional. Seorang pemain bisa menjadi pahlawan hari ini dan dicaci maki keesokan harinya.
Waktu yang akan membuktikan apakah keputusan Alexander-Arnold pindah ke Real Madrid adalah pilihan terbaik untuk kariernya, dan apakah warisannya di Liverpool akan tetap dikenang atau perlahan memudar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan Di Media Sosial