Kisah Malaga: Sempat Diprediksi Rusak Duopoli Madrid-Barcelona, kini Terjerembab di Kasta Ketiga Liga Spanyol!
INDOZONE.ID - Bagi kalian yang mengikuti sepak bola Spanyol, nama Malaga sejatinya tidak begitu asing terdengar. Terlebih Malaga sendiri memang sempat tampil di kasta tertinggi Liga Spanyol untuk kurun waktu yang cukup lama.
Bahkan, Malaga sempat membuat kejutan dengan menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. Hal tersebut tidak lepas dari hadirnya investor asal Qatar yang mengakuisisi Malaga pada Juni 2010.
Namun uang Qatar di Malaga tidak bertahan lama hingga akhirnya membuat klub tersebut mengalami kesulitan finansial. Gara-gara masalah itu, Malaga pun harus rela kini terdampar di kasta ketiga Liga Spanyol.
Lantas seperti apa kisah Malaga dari tim yang digadang-gadang akan merusak duopoli Real Madrid dan Barcelona hingga terdampar di kasta ketiga Liga Spanyol? Maka dari silakan disimak penjelasan dari INDOZONE berikut.
Baca Juga: Usai Cetak Gol Debut untuk Timnas Indonesia U-23, Begini Perasaan Ivar Jenner
Malaga Diakuisi Konglomerat dari Qatar
Malaga awalnya hanya klub biasa yang tidak memiliki target tinggi. Bahkan alih-alih bersaing di papan atas, Malaga justru lebih sering berjuang agar bisa lolos dari jerat degradasi dalam beberapa kali keikutsertaan mereka di Liga Spanyol.
Namun segalanya berubah ketika Abdullah bin Nasser Al Thani yang merupakan sepupu dari pemilik PSG, yakni Tamim bin Hamad Al Thani, mengakuisisi Malaga. Saat itu Abdullah mengeluarkan uang hingga 36 juta euro untuk pemilik saham mayoritas Malaga.
Keputusan Abdullah bin Nasser mengakuisisi Malaga sendiri tak lepas dari kekagumannya pada sosok Presiden Malaga saat itu, yakni Fernando Sanz. Yang mana Sanz memiliki ambisi besar untuk merusak duopoli Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol.
Baca Juga: Gara-gara Iran Protes ke AFC, Malaysia Bisa Jadi Gagal ke Piala Asia U-23 2024
Malaga Mulai Lakukan Perombakan Skuad dengan Datangkan Pemain Bintang
Sejak diambil alih oleh Abdullah bin Nasser, Malaga mulai mendatangkan sejumlah pemain hebat demi meningkatkan level mereka. Malaga pun mulai rutin merepotkan sejumlah tim papan atas.
Nama-nama beken macam Willy Caballero, Martin Demichelis, serta Julio Baptista dan Ignacio Camacho hadir di bursa transfer musim dingin 2011. Di musim panas berikutnya Malaga kian menggila pemain berkualitas seperti Isco, Joaquin, Nacho Monreal, Santi Cazorla, Jeremy Toulalan, Ruud van Nisterooy dihadirkan.
Tercatat Malaga membakar duit hingga 34 juta euro untuk mendatangkan para pemain tersebut. Perlu dicatat pada saat itu, nominal 34 juta euro sudah terbilang cukup besar untuk bisa mendatangkan pemain-pemain berkualitas wahid.
Saat itu, banyak pihak yang mulai memperhitungkan Malaga sebagai salah satu tim papan atas Liga Spanyol. Bahkan tak sedikit yang menyebut mereka dapat benar-benar menghentikan dominasi Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol.
Bahkan, Malaga sempat jadi 'Kuda Hitam' di ajang Liga Champions musim 2012/2013. Pada saat itu, Malaga yang dibesut Manuel Pellegrini berhasil mencapai babak perempatfinal sebelum disingkirkan secara kontroversial oleh Borussia Dortmund.
Kejatuhan Malaga karena Masalah Finansial
Kehadiran pemain-pemain berkualitas memang menunjukkan peningkatan nyata di atas lapangan. Namun di luar lapangan, Malaga justru babak belur karena ketimpangan finansialnya.
Ya, pengeluaran Malaga untuk gaji pemain hingga akomodasi tidak dapat ditutupi oleh pemasukan mereka. Alhasil pada musim 2013/2014, Malaga pun dilarang oleh UEFA untuk tampil di kompetisi Eropa.
Dengan absen di tampil kompetisi Eropa, membuat pemasukan Malaga di musim tersebut semakin mengalami penurunan. Alhasil sebuah langkah berani diambil oleh manajemen Malaga.
Ya, Malaga pun memutuskan untuk merampingkan skuad mereka. Sejumlah pemain yang dinilai memiliki harga jual tinggi mulai dilepas seperti Solomon Rondon, Santi Cazorla, Nacho Monreal, hingga Isco.
Akan tetapi penjualan sejumlah pemain tersebut masih belum mampu memperbaiki kondisi finansial mereka. Situasi semakin pelik dihadapi oleh manajemen Malaga setelah Abdullah bin Nasser berhenti menyuntikan dananya.
Baca Juga: Pratama Arhan Selebrasi Bucin, Elkan Baggott pun Penasaran Sampai Ngintip!
Malaga Terjerembab di Kasta Ketiga Liga Spanyol
Dengan kondisi finansial yang memprihatinkan, membuat Malaga pun berkompetisi dengan skuad seadanya. Mereka pun akhirnya terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Spanyol pada musim 2017/2018 usai jadi penghuni paling bawah.
Bukannya bangkit, Malaga semakin terpuruk di musim-musim berikutnya. Bahkan pada musim 2022/2023, Malaga harus rela berkompetisi di kasta ketiga Liga Spanyol untuk pertama kalinya sejak 1998.
Nah berikut adalah kisah Malaga dari tim yang digadang-gadang sebagai perusak duopoli Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol, namun justru kini terjerembab di kasta ketiga kompetisi Negeri Matador tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber