INDOZONE.ID - Timnas Indonesia belum berhasil mencatatkan kemenangan di babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Kekalahan 2-1 dari China pada Selasa (15/10) menandai perlunya evaluasi untuk memperbaiki performa skuad Garuda yang masih memiliki peluang untuk lolos ke piala dunia 2026 yang diselenggarakan di Kanada, Amerika Serikat dan Meksiko.
Performa Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Dalam laga keempat Grup C, Timnas Indonesia menelan kekalahan 2-1 dari China, setelah sebelumnya meraih hasil imbang 2-2 melawan Bahrain.
Dari empat pertandingan yang sudah dilakoni, Indonesia hanya berhasil mengumpulkan tiga poin dari tiga kali seri dan satu kekalahan serta menempatkan mereka di posisi kelima.
Walaupun jumlah poin Indonesia sama dengan China, skuad Shin Tae-yong unggul dalam selisih gol.
Kekalahan ini memang mengecewakan, tetapi peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka. Di grup C yang ketat ini, hanya Jepang yang berhasil memimpin dengan poin sepuluh, sementara lima tim lainnya masih berdekatan dengan jarak hanya satu hingga dua poin.
Peluang Timnas Indonesia di Pertandingan Selanjutnya
Dengan enam laga tersisa, termasuk pertandingan berat melawan Jepang (15 November) dan Arab Saudi (19 November), Timnas Indonesia masih memiliki waktu untuk melakukan evaluasi dan perbaikan.
Kedua laga tersebut akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno, yang memberikan keuntungan karena Indonesia memiliki pengalaman bagus saat bermain di stadion sendiri, dengan hanya Irak yang pernah mengalahkan mereka di rumah.
Bermain di hadapan ribuan pendukung setia harus menjadi motivasi besar bagi para pemain. Selain itu, prinsip "Nothing to Lose" bisa menjadi senjata mental seperti yang dilakukan China saat mengalahkan Indonesia.
Baca Juga: Dikalahkan China, Shin Tae-yong: Timnas Indonesia Sudah Berikan Permainan Terbaik
Apa yang Perlu Dibedah dari Kekalahan Melawan China?
Dalam kekalahan melawan China, terdapat beberapa hal yang bisa menjadi fokus evaluasi. China berhasil bermain lebih efektif dengan strategi high pressing yang membuat Indonesia kesulitan mengembangkan permainan.
Meski hanya memiliki penguasaan bola sebesar 16%, China berhasil unggul dalam hal sentuhan di kotak penalti dan umpan progresif, yang akhirnya mematikan langkah Indonesia.
Indonesia sebenarnya lebih unggul dalam penguasaan bola di lini tengah, namun kurang berhasil untuk menembus pertahanan lawan. Ini menunjukkan perlunya memperbaiki strategi serangan yang lebih fokus ke area berbahaya lawan.
Kurangnya Sosok Leadership di Lapangan
Satu aspek penting yang tampak hilang dari Timnas Indonesia adalah sosok pemimpin di lapangan. Kembalinya Asnawi Mangkualam sebagai kapten tidak memberikan banyak pengaruh dan seringkali kehilangan bola saat ia mencoba build up serangan.
Karakter pemain kunci seperti Jay Idzes juga sempat terganggu emosinya oleh provokasi pemain lawan, yang menunjukkan perlunya menjaga ketenangan dalam menghadapi lawan-lawan selanjutnya.
Evaluasi Lini Tengah
Lini tengah juga menjadi area yang perlu dievaluasi. Meski Nathan Tjoe-A-On menunjukkan performa baik dalam penguasaan bola, aliran bola ke sayap kurang maksimal.
STY (Shin Tae-yong) mengambil keputusan berani dengan mengganti Asnawi oleh Pratama Arhan yang biasa bermain di posisi bek sayap kiri, ditempatkan di bek sayap kanan. Akhirnya membuahkan gol pada menit ke-86 setelah Thom Haye berhasil memanfaatkan kesalahan pemain China.
Evaluasi di lini tengah menjadi sangat penting, apalagi karena Ivar Jenner dipastikan absen di laga berikutnya akibat akumulasi kartu.
STY perlu menyiapkan strategi alternatif untuk menghadapi situasi-situasi yang tidak sesuai rencana, termasuk memperkuat koordinasi di sektor sayap yang selama ini belum optimal.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan