Selasa, 26 NOVEMBER 2024 • 08:00 WIB

Mengenang Anatoli Polosin, Pelatih Tangan Besi yang Bawa Timnas Indonesia Raih Medali Emas SEA Games 1991

Author

Sosok Anatoli Polosin.

INDOZONE.ID - Saat pertama kali mendarat di Indonesia, Shin Tae-yong langsung memberi sorotan permasalahan fisik para punggawa Timnas Garuda serta mengkritik habis-habisan terkait keadaan fisik para pemain.

Namun jika kita bandingkan, gaya kepelatihan Shin Tae-yong yang sangat menitikberatkan kepada kekuatan fisik para pemain.

Namun nampaknya tetap belum mampu mengalahkan kekejaman seorang pelatih asal Rusia yang pernah menahkodai Timnas Indonesia pada periode 1987-1991, yang bahkan orang ini sampai mendapatkan julukan Si Tangan Besi. 

Baca Juga: 5 Pernyataan Ruben Amorim Usai Laga Perdana sebagai Pelatih Man United: Banyak Keluhan!

Ya, dia adalah Anatoli Fyodorovich Polosin.

Anatoli Polosin adalah seorang pelatih asal Rusia yang lahir pada 30 Agustus 1935 di Kota Tashkent, Uni Soviet (sekarang Uzbekistan).

Ia memulai karier kepelatihannya sejak tahun 1970. Kurang lebih selama 17 tahun lamanya, ia melatih klub-klub yang berasal dari Uni Soviet hingga Moldova, sebelum akhirnya ia mendarat di Tanah Nusantara pada tahun 1987 hingga 1991.

Gaya kepelatihan Polosin layaknya seperti pelatih-pelatih dari Eropa Timur, yaitu sangat mengutamakan aspek kekuatan fisik para pemain.

Selama persiapan SEA Games 1991, Polosin benar-benar menggodok fisik para pemain Timnas Garuda dengan sangat keras.

Para pemain diberi porsi latihan fisik keras dan bahkan melewati batas kemampuan mereka selama 3 bulan lamanya.

Hal inilah yang menyebabkan beberapa nama seperti Ansyari Lubis dan Fachry Husaini memutuskan untuk mundur karena tidak kuat dengan gaya kepelatihan Polosin.

Latihan para pemain pun tidak dilakukan seperti latihan sepakbola di lapangan pada umumnya, melainkan para pemain harus menggendong kawan-kawannya sambil berlari, mendaki gunung atau bukit naik turun, serta dijemur siang hari.

Durasi latihan yang ditetapkan juga tidak kalah sadisnya, yaitu hingga 3 kali sehari. Polosin juga memperkenalkan teknik shadow football yaitu berlari seolah pemain sedang mengejar bola, serta teknik touchball sebanyak 150 kali.

Dari 57 pemain yang masuk daftar untuk ajang SEA Games 1991, banyak yang tersisih akibat dari tidak kuat dengan metode kepelatihan Polosin. Walaupun dinilai sangat sadis.

Namun metode ini mampu membawa hasil nyata naiknya derajat kekuatan fisik para pemain Timnas secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari para pemain Timnas yang mampu berlari sejauh 4 km hanya dalam waktu 15 menit.

Merana di Presiden Cup Seoul, Berjaya di SEA Games

Timnas Indonesia mengikuti Presiden Cup Seoul dengan tujuan sebagai pemanasan untuk menyambut SEA Games 1991 serta mencoba kemampuan Timnas dengan metode latihan ini.

Namun, di ajang ini Timnas menjadi bulan-bulanan oleh tim-tim lawan, dan hanya mencetak 1 gol dan kemasukan 17 gol.

Meski begitu Polosin tetap tidak peduli dengan hasil ini, dan tetap percaya diri untuk membawa skuad hasil gemblengannya ke ajang SEA Games 1991 Manila.

Hasil dari SEA Games 1991 ini sangat berbanding terbalik dengan hasil yang didapat saat mengikuti Presiden Cup.

Di ajang SEA Games, Timnas Garuda menjadi tim yang tidak terkalahkan hingga akhinya menjadi juara setelah di final mengalahkan Thailand lewat adu penalti.

Sepanjang perjalanan menuju final, Timnas berhasil mengalahkan Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Singapura.

Yang menarik dari Timnas Indonesia pada SEA Games 1991 selain ketahanan fisiknya serta rekor tidak terkalahkannya, mereka juga didominasi para pemain muda yang berjumlah sebanyak 10 pemain, dari 18 pemain yang terbang ke Filipina.

Berbeda dengan SEA Games 4 tahun sebelumnya, di mana Indonesia meraih medali emas di tahun 1987 tersebut dengan skuad bertabur pemain bintang.

Setelah keberhasilan di SEA Games 1991, Polosin pun menyudahi karirnya sebagai pelatih Timnas Indonesia, dan lanjut melatih beberapa klub di kampung halamannya selama tahun 1995-1997, sebelum akhirnya ia wafat di Moskow, Rusia pada 11 September 1997 di usia 62 tahun.

Baca Juga: Daftar Lengkap 33 Pemain Timnas Indonesia yang Dipanggil STY Jelang Piala AFF 2024

Sedangkan, Timnas Indonesia sendiri harus menunggu selama 32 tahun lamanya sebelum akhirnya kembali meraih medali emas SEA Games, tepatnya di ajang SEA Games 2023 Kamboja, tentunya dengan format tim U-23, sesuai dengan regulasi baru yang telah ditetapkan sejak gelaran SEA Games 2001 di Malaysia.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: YouTube/Epic Football