INDOZONE.ID - Balapan yang berlangsung sengit di seri GP Jepang pada Minggu (6/4/2025) siang waktu Indonesia, seharusnya menjadi momen spesial bagi salah satu punggawa banteng merah, Yuki Tsunoda.
Ini lantaran Tsunoda resmi memperkuat tim Red Bull usai menggantikan Liam Lawson yang kembali ke VCARB.
Namun, alih-alih sorak sorai kemenangan di kandang sendiri, Tsunoda justru harus menerima kenyataan pahit.
Meskipun sempat menunjukkan secercah harapan di kecepatan awal, ia gagal menembus sesi kualifikasi 3 (Q3) dan harus puas memulai balapan dari posisi ke-14, yang kemudian naik satu posisi lantaran Carlos Sainz Jr mendapat penalti.
Baca Juga: Liam Lawson Balik ke VCARB, Yuki Tsunoda Resmi Gabung dengan Red Bull Racing Mulai GP Jepang
Kendala utama yang dihadapi Tsunoda pada hari balapan adalah sulitnya melakukan overtaking.
Dengan karakter sirkuit yang menantang untuk menyalip, posisi start yang kurang menguntungkan semakin memperkecil peluangnya untuk mendulang poin.
Pada akhirnya, pembalap asal Jepang itu hanya mampu memperbaiki posisinya dan menyelesaikan balapan di urutan ke-12.
Sebuah hasil yang tentu kurang baik, terutama mengingat ini adalah kali pertamanya membalap di bawah naungan Red Bull.
Terungkap bahwa Tsunoda mengambil pendekatan yang berbeda dalam hal setelan mobil dibandingkan rekan setimnya, Max Verstappen.
Ia memilih untuk menggunakan sayap belakang yang lebih besar, yang tentu saja menghasilkan downforce lebih tinggi.
Meskipun downforce yang lebih besar memberikan keuntungan dalam hal stabilitas dan grip di tikungan, konsekuensinya adalah peningkatan hambatan udara.
Baca Juga: Red Bull Dirumorkan Ingin Pinjam Colapinto Jika Tsunoda Tembus Skuad Utama
Hal tersebut secara signifikan mengurangi kecepatan mobil di lintasan lurus, yang pada akhirnya membuat manuver menyalip menjadi semakin sulit dilakukan.
Pilihan set-up "aman" yang diambil oleh Tsunoda pun menuai banyak kritikan dari banyak pihak, termasuk mantan pembalap F1 era 90-an, Jacques Villeneuve.
Dilansir dari Sky Sports, Villeneuve meyakini bahwa keputusan tersebut menjadi faktor utama kegagalan Tsunoda untuk menembus posisi 10 besar.
"Dia (Tsunoda) memilih solusi yang aman, dengan memasang banyak sayap pada mobil itu," ujarnya.
Naomi Schiff, seorang pembalap wanita sekaligus presenter Sky Sports berdarah Belgia-Rwanda, menambahkan bahwa kurangnya waktu sesi latihan selama akhir pekan juga menjadi tantangan tersendiri bagi Tsunoda dalam proses adaptasinya.
Alih-alih meraih hasil gemilang, Tsunoda justru harus menerima kenyataan "nelangsa" akibat pemilihan setelan yang kurang optimal.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Sky Sports