Suasana pertandingan MU vs Liverpool pada 2 April 1915.
INDOZONE.ID - Sepak bola adalah olahraga yang paling banyak disukai oleh manusia di dunia. Sepak bola mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat, hingga menjadi pengobat luka bagi negara-negara yang sedang dirundung berbagai permasalahan, seperti perang, konflik sosial, dan lainnya.
Namun sayangnya, kepopuleran sepak bola seringkali dimanfaatkan oleh para oknum-oknum mafia untuk meraup keuntungan besar dengan cara yang illegal, yaitu dengan melakukan pengaturan pertandingan atau match fixing.
Baca Juga: Benjamin Mendy Ungkap Skandal di Balik Pemain Manchester City, Mirip Kasus P Diddy?
Tidak hanya para mafia, seringkali para pelaku sepak bola seperti wasit, jajaran pimpinan klub, hingga para pemainnya sendiri, juga terlibat pada persengkongkolan kegiatan match fixing.
Hal inilah yang kemudian merusak citra dunia sepa kbola, yang sayangnya, seolah match fixing ini sangat sulit hilang dari perjalanan sejarahnya.
Negara Inggris, di zaman modern ini, bisa dikatakan sebagai negara yang “cukup bersih“ dari berbagai skandal dalam sepak bola.
Namun, negeri tersebut punya sejarah hitam dalam praktek skandal pertandingan sepak bola, yang bisa dikatakan, skandal ini merupakan skandal paling pertama dalam sejarah dunia sepak bola, sebelum disusul oleh skandal-skandal lainnya.
Skandal ini terjadi pada 2 April 1915, dan disebut juga Skandal Jumat Agung 1915, yang melibatkan dua kekuatan utama sepak bola Inggris, Manchester United dan Liverpool, yang pada saat itu kedua tim ini masihlah menjadi tim menegah-kebawah, bukanlah tim jempolan seperti saat ini.
Penyebab
Pada skandal Jumat Agung 1915 ini, para pemain kedua tim juga terlibat yang disinyalir penyebabnya karena kegelisahan para pemain terkait masa depan mereka sebagai pesepak bola yang serba tidak pasti akibat Perang Dunia 1.
Para pemain berpikir apakah mereka akan melanjutkan karier sebagai pesepak bola atau dikirim ke medan perang dan kembali ke Inggris dalam wujud mayat.
Jalannya Pertandingan
Di hari-H pertandingan, masing-masing tim memilki nasibnya sendiri, di mana MU berjuang untuk keluar dari zona degradasi, sedangkan Liverpool berada di posisi yang relatif nyaman berada di papan tengah.
Pertandingan ini dimenangkan MU dengan skor 2-0, berkat dwigol dari George Anderson. Pada pertandingan ini, para pemain The Kop memang terlihat bermain buruk, utamanya di babak ke 2.
Disebutkan juga, bahwa para pemain Liverpool “tidak pernah memberi kesan bahwa mereka akan mencetak gol.“ Bahkan ada suatu momen ketika pemain Liverpool, Fred Pagnam, justru ditegur rekannya sendiri karena hampir berhasil membobol gawang Setan Merah.
Dengan hasil ini, MU-pun lolos dari zona degradasi, berada di posisi 18, unggul satu poin dari Chelsea yang berada di posisi 19 dan harus terdegradasi.
Penyelidikan
Dua minggu kemudian, beredar kabar di koran bahwa pertandingan ini ternyata telah diatur oleh sebuah bandar taruhan, yang bernama “The Football King “.
Lantas, Football League pun ambil langkah untuk menyelidiki berita ini. Hasil penyelidikan pun keluar pada 23 Desember 1915, dan berbunyi seperti ini:
“Terdapat sejumlah besar uang yang berpindah tangan hasil dari bertaruh pada pertandingan, dan beberapa pemain mendapatkan keuntungan dari kegiatan ini. Beberapa peman terus menutupi kebenaran, padahal para penyidik sebenarnya telah memiliki data dari fakta-fakta kasus ini. Sangat sulit dipercaya bahwa para pemain harus melakukan hal ini, dan tentu ini merusak seluruh tatatanan permainan, kejujuran dan keadilan.“
Penyidik pun kemudian memutuskan untuk menghukum 4 pemain Liverpool, yaitu Jackie Sheldon, Tom Miller, Bob Pursell, dan Thomas Fairfoul, serta 3 pemain MU yaitu Arthur Whalley, Enoch West, dan Sandy Turnbull.
Orang-orang tersebut kemudian dilarang untuk berkecimpung dalam dunia sepa kbola pada posisi atau jabatan apapun seumur hidup, dan tidak diizinkan memasuki stadion manapun untuk kedepannya.
Pengampunan
Pada 1918, Perang Dunia 1 resmi berakhir, yang berarti para prajurit dari negara yang terlibat juga harus kembali ke negara masing-masing, entah hidup atau mati.
Begitu juga para pemain yang terlibat dalam kasus ini, di mana mereka juga ikut menjadi prajurit Inggris di medan perang.
Mereka yang masih hidup, kemudian mendapatkan tawaran pengampunan pada 2 Juni 1919, dengan syarat mereka meminta maaf atas peran mereka pada kasus memalukan ini.
Tawaran pengampunan ini didasari atas “penghargaan tinggi FA atas pengorbanan dan jasa besar para anggotanya selama perang, dan rasa terima kasih mendalam atas keberhasilan yang dicapai.“
Seluruh pemain mendapatkan pengampunan, kecuali Enoch West, yang harus menunggu hingga tahun 1945 akibat dari skorsing. Khusus untuk Sandy Turnbull, yang gugur di medan perang, mendapatkan pemulihan jabatan secara anumerta.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Banner Z Creators.