Ia sempat mencicipi mobil Lotus T128 di sesi latihan bebas GP Tiongkok kala itu.
Pada awal tahun 2013 silam, Marussia F1 yang kala itu sedang berusaha keras untuk bertahan hidup di kerasnya persaingan jet darat ini, memutuskan untuk memboyong Razia bersama dengan rekan setimnya dulu di GP2 Asia Series, Max Chilton.
Razia yang saat itu membawa uang yang cukup banyak, diharapkan dapat membawa angin segar bagi tim asal Inggris ini. Namun sayang, dewi fortuna tidak berpihak pada Razia.
Hanya beberapa minggu jelang pengumuman resmi kontraknya, Razia secara mengejutkan didepak oleh tim Marussia F1. Lho, kok bisa?
Baca Juga: Perjalanan Nico Hulkenberg di Formula 1: Kisah yang Tak Berujung Bahagia
Usut punya usut, sponsor yang digandeng Razia gagal untuk membayar ke tim jelang pengumuman tersebut.
Akibatnya, harapan Razia untuk mewujudkan mimpinya tampil di F1 pupus sudah. Razia hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima kenyataan pahit ini.
Marussia F1 buru-buru mencari pengganti Razia.Ternyata, mereka jatuh cinta pada salah satu pembalap akademi Ferrari, mendiang Jules Bianchi.
Keputusan ini malah menjadi berkah bagi Marussia F1.
Semusim setelah didepaknya Razia, Bianchi justru sukses bersinar terang bersama tim kecil tersebut.
GP Monako 2014 jadi saksi kesuksesan Bianchi, setelah berhasil mencetak poin untuk pertama kalinya.
Namun sayang, Bianchi harus berpulang setelah mengalami kecelakaan tragis GP Jepang 2014 silam, yang membuatnya cedera parah dan koma selama sembilan bulan lamanya.
Baca Juga: Satu-satunya Juara Dunia Berstatus Anumerta, Berikut Kisah Jochen Rindt di Formula 1
Kepergian Bianchi menjadi pukulan telak bagi tim, dan semua orang yang ada di F1, termasuk para penggemar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia