2 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Ketika 135 Jiwa Manusia Tidak Pernah Pulang ke Rumah Mereka untuk Selamanya
INDOZONE.ID - Tepat hari ini, 1 Oktober 2024, merupakan 2 tahun tragedi terkelam dalam sepakbola Indonesia terjadi, yaitu tragedi Kanjuruhan.
Tragedi tersebut terjadi pada malam tanggal 1 Oktober 2022, di Stadion kebanggaan Arema Malang, Stadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Di malam kelam itu, Arema melakoni laga sengit melawan rival abadi mereka yang terpisah jarak sejauh 95 km ini: Persebaya Surabaya.
Baca Juga: Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U-20 karena Tragedi Kanjuruhan?
Saat itu, penonton dari pihak Persebaya sudah sejak awal diwarning untuk tidak datang ke Kanjuruhan, agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Namun ternyata, ketidakhadiran para bonek di Kanjuruhan tidak mampu mencegah sebuah tragedi yang akan terjadi setelah pertandingan ini berakhir.
Pertandingan ini dimenangkan oleh Persebaya, dimana pencetak gol kemenangan Surabaya yaitu Silvio Junior, Leo Lelis, dan Sho Yamamoto.
Sedangkan, tuan rumah Arema hanya mampu mencetak 2 gol lewat dwigol Abel Camara. Peluit panjang dibunyikan, menandai pertandingan berakhir, namun juga menjadi tanda awal terjadinya tragedi tragis ini.
Segera setelah itu, secara tiba-tiba, gerombolan Aremania menyerbu ke dalam lapangan. Hal ini membuat polisi pun terkejut dan kalang kabut.
Polisi pun tak tanggung-tanggung langsung menyemprot gas air mata untuk menyudahi kerumunan suporter di lapangan.
Namun sayangnya, gas air mata juga disemprotkan ke arah tribun kanjuruhan, sehingga memberi dampak juga kepada para suporter tak berdosa yang tidak ikut turun ke lapangan.
Suporter pun panik. Mereka langsung berlomba-lomba untuk keluar dari Kanjuruhan, yang menyebabkan kejadian berdesak-desakkan tak terelakkan. Total korban tewas yaitu 135 jiwa, yang sebagian besar tewas akibat berdesak-desakan.
Dilansir dari New York Times, tragedi Kanjuruhan merupakan tragedi terburuk nomor 2 di dunia sepakbola, di mana nomor 1 ditempati oleh tragedi di stadion nasional Peru yang menewaskan hingga 300 orang.
Momen of Silince
Tragedi ini langsung menjadi perbincangan hingga ke mancanegara. Bahkan, dalam web resmi UEFA, UEFA mengatakan bahwa mereka mengumumkan untuk mengadakan “momen of silence“ sebelum kick-off sebagai bentuk penghormatan pada para korban tragedi Kanjuruhan di Indonesia.
Dikatakan juga oleh UEFA, momen of silence ini akan diadakan pada seluruh pertandingan Liga Eropa, yaitu Liga Champions, Liga Europa, Liga Konferensi, dan play-off Piala Dunia Wanita.
Selain mengheningkan cipta, tim-tim Liga Primer Inggris, Eredivisie Belanda, hingga La Liga Spanyol juga mengenakan ban hitam di lengan para pemainnya sebagai respon atas tragedi Kanjuruhan.
Penyelesaian
Hingga kini, perdebatan masih terjadi terkait penyelesaian kasus ini. Banyak yang menyatakan pengusutan dugaan pelanggaran SOP dan etika oleh para aparat keamanan yang kurang memuaskan, serta ketidakadilan yang ditanggung oleh keluarga korban.
Di sisi lain, tidak sedikit juga yang mengatakan tragedi ini murni menjadi kesalahan suporter, dan harus diusut siapa suporter yang pertama kali turun ke lapangan sehingga menjadi pemicu tragedi ini.
Baca Juga: Aremania Tolak Stadion Kanjuruhan Direnovasi, Minta Dijadikan Museum Saja
Kemudian, banyak juga yang menganggap, hukuman bagi Arema terbilang terlalu ringan mengingat tragedi ini memakan hingga ratusan korban jiwa.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: New York Times, UEFA