Kategori Berita
Media Network
Senin, 29 JULI 2019 • 17:55 WIB

Teror Itu Bernama Oknum Suporter

Final Piala Indonesia ditunda karena keamanan kurang kondusif/Instagram/@pialaindonesia

Final leg kedua Piala Indonesia 2019 antara PSM Makassar vs Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, yang rencananya digelar Minggu (28/7/2019), akhirnya resmi ditunda atas dasar pertimbangan keamanan dan kenyamanan yang tidak memungkinkan.

Buntut dari kejadian penundaan partai final ini banyak pihak yang meminta PSSI mengkaji ulang regulasi final dua leg (home away) di Piala Indonesia.

Final dua leg bukan merupakan barang baru dalam pesepakbolaan Indonesia, tercatat ada beberapa kompetisi yang memiliki format serupa seperti Final Piala Presiden 2019, Final Polda Jateng Cup 2015, hingga partai Final turnamen internasional seperti Piala AFF.

Jatah Adil Pemasukan Tiket
Memang banyak sisi positif jika final dilakukan dengan sistem dua leg,terutama dalam mendongkrak jumlah penjualan tiket, karena dua tuan rumah memiliki jatah adil dalam jumlah pemasukan tiket bagi tim mereka.

Kepentingan Sponsor
Final dua leg tentunya akan sangat menguntungkan bagi pihak sponsor karena memiliki dua kali partai besar (final) yang akan menyedot animo penonton baik yang datang langsung maupun yang menyaksikan di layar kaca.

Manjakan Suporter
Partai final dua leg akan membuat suporter tidak perlu jauh jauh untuk datang dan mendukung tim kebanggaannyanya. Mereka dapat mendukung penuh tim kebanggaannya, kala timnya bertindak sebagai tuan rumah.

Duel Simic vs Klok yang tertunda/Instagram/@persija.graphics

Munculkan Drama
Hal lain yang kemungkinan terjadi adalah potensi drama yang akan menjadi bumbu dari menariknya sebuah final.

Misalnya tim tamu yang kalah pada pertemuan pertama, nyatanya bisa membalas dengan kemenangan di pertemuan kedua. atau tim tamu yang menjadi juara saat mereka melakoni final tandang.

Namun dibalik itu semua, ada bahaya mengancam dari penyelenggaraan final dua leg apabila tidak ditangani dengan benar.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by BACOL (@bacotanbola_id) on

 

Makanan Empuk Suporter
Faktor terbesar dari itu semua adalah ulah segelintir oknum yang mengatasnamakan suporter salah satu klub Indonesia.

Salah satu official Persija mengalami luka akibat lemparan ke bus Persija/Instagram/@persijajkt.online

Rivalitas suporter Indonesia yang besar, menjadi makanan empuk para oknum dalam memainkan perannya untuk memberi "teror" yang tak jarang berujung jatuhnya korban dari pihak lawan.

Alhasil, psywar tidak sehat ini justru malah merugikan kedua belah pihak baik Persija dan PSM. Belum lagi suporter setia yang mendukung timnya dengan benar.

Kehangatan suporter PSM dan Persija diusik dengan ulah oknum/Instagram/@themaczman_ori

Selama oknum suporter yang merusak sepakbola tidak bisa ditertibkan, apapun format finalnya dijamin partai final itu tidak akan berlangsung dengan sukses dan terus akan menciptakan hantu teror baru.

Karena memang sejatinya dibutuhkan kedewasaan tidak hanya kedua tim, ataupun panpel apalagi PSSI, tapi juga para individu yang mengaku suporter pecinta sepakbola Indonesia.

Dukungan agar suporter Indonesia mendukung timnya secara dewasa juga pernah dilontarkan oleh mantan pelatih persija U-21, Blitz Tarigan.

"Kalau suporter kita tidak bisa maju, bagaimana sepak bola kita berkembang.
(suporter) Kalau perlu malah mendukung dengan membantu mensukseskan partai final itu, seperti membantu pengamanan. Sudah saatnya suporter kita itu bersikap dewasa," kata Blitz Tarigan

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Teror Itu Bernama Oknum Suporter

Link berhasil disalin!