Walaupun perang ini dinamai football war, namun penyebab dari perang ini tidak sekedar karena pertandingan sepak bola, melainkan terdapat penyebab-penyebab lain yang sangatlah kompleks hingga membuat 2 negara yang saling bertetangga ini berperang.
Ilustrasi Perang Antar Honduras dan El Salvador
Secara wilayah, El Salvador jauh lebih kecil dari Honduras. Namun, jumlah penduduk El Salvador lebih besar dibanding Honduras.
Pada awal abad ke-20, petani di Salvador melakukan migrasi menuju Honduras, karena masih luasnya wilayah lahan yang tersedia di Honduras daripada di El Salvador.
Pada saat 1960-an, ketegangan mulai terjadi, akibat dari kepemilikan tanah oleh para imigran El Salvador di Honduras.
Akibatnya, terbentuklah Federasi Nasional Petani dan Peternak Honduras, dengan tujuan mendorong terjadinya reformasi tanah, sehingga bisa mengusir para petani El Salvador dari Honduras.
Konflik ini kemudian semakin parah setelah Presiden Honduras kala itu, Oswaldo Lopez Arellano, melakukan penindasan kepada gerakan petani, dengan mengusung simbol nasionalis khusus yang dimobilisasi untuk melawan warga El Salvador.
Hal ini menyebabkan ribuan pekerja pedesaan El Salvador mengungsi ke Honduras pada tahun-tahun sebelum pertandingan ini dimainkan. Oleh sebab itu, perang ini juga bisa disebut sebagai perang orang-orang yang dirampas haknya.
Dari konflik berkelanjutan ini, kekerasan terhadap warga El Salvador di Honduras terus terjadi, yang membuat pemerintah El Salvador menuduh Honduras melakukan serangan genosida kepada warganya.
Akhirnya, ketegangan pun tak dapat dihindari, dan El Salvador-pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Honduras. Yang terjadi setelahnya, yakni perang selama 100 jam, atau 4 hari, dengan korban jiwa dari penduduk sipil mencapai angka 2.000 lebih.
Pertandingan sepakbola pada Kualifikasi Piala Dunia 1970 tersebut hanyalah sebagai unsur penambah ketegangan politik kedua negara ini.
Konflik di pertandingan piala dunia 1970-an tidak akan terjadi, jika kedua negara itu tidak memiliki ketegangan sosial-politik.
Penulis: Hilwah Nur Puspitawati
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Theconversation.com