Selama dua musim bermain di Parma, Adriano benar-benar munjukkan kebintangannya. Berduet dengan sesama penyerang muda asal Rumania, yaitu Adrian Mutu, Adriano menjelma sebagai penyerang papan atas di Liga Italia.
Adriano (tengah) saat bermain di Parma.
Adriano sendiri melewati dua musim bersama Parma dengan performa gemilang. Bahkan Adriano berhasil mencatatkan 23 gol dari 37 penampilan bersama klub berjuluk I Gialloblu tersebut.
Berkat penampilan impresif tersebut, membuat Parma pun mencoba untuk memboyong Adriano secara permanen pada bursa transfer musim panas 2004. Namun tawaran Parma merekrut Adriano secara permanen ditolak Inter.
Bahkan, manajemen Inter memutuskan untuk membawa kembali Adriano ke Stadio Giuesppe Meazza pada bursa transfer musim panas 2004. Keputusan itu diambil Inter, dengan harapan Adriano bisa jadi bintang baru mereka.
Adriano kala menjadi mesin gol Inter Milan.
Berkat pengalaman didapatkan selama bermain untuk Parma, kiprah Adriano di Inter tak seperti pada awal kariernya. Ya, Adriano mampu benar-benar menjadi andalan lini serangan Inter usai sekembalinya dari Parma.
Adriano berhasil mencetak 28 gol dari 42 penampilan pada 'debut' keduanya bersama Inter di musim 2004/2005 Catatan itu membuat Adriano pun langsung mencuri perhatian para penggemar Inter, dan menjulukinya L'Imperatore alias sang Kaisar.
Ketajaman pada musim lalu tersebut membuat banyak pihak percaya jika Adriano benar-benar akan jadi mesin gol untuk Inter di musim 2005/2006. Namun ada sebuah momen yang akhirnya merusak impian Adriano untuk jadi pemain legenda di Inter.
Momen tersebut terjadi pada pertengahan musim 2005/2006, yang mana Adriano mendapatkan kabar duka dari sang ayah yang meninggal dunia. Kehilangan sang ayah benar-benar jadi pukulan untuk Adriano.
Kehilangan ayah membuat Adriano seperti kehilangan tujuan dalam bermain sepak bola. Performa Adriano pun mulai menurun, dan ia sudah mulai kehilangan sentuhannya sebagai penyerang papan atas.
Kehidupan malam, wanita, dan pesta mulai melekat dalam kehidupan Adriano pasca sang ayah meninggal. Hal itu pula yang membuat kondisinya fisiknya tak sebagus sebelumnya.
Awalnya, manajemen Inter sempat bersabar untuk menunggu Adriano kembali ke bentuk performa terbaiknya. Namun Adriano yang haus akan gol dalam setiap pertandingan benar-benar sudah hilang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber