Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Baca Juga: Tony Popovic Pusing! Lima Bek Tengah Australia Cedera Jelang Pertandingan Melawan Timnas Indonesia
Lebih lanjut, Fabio Capello juga mengungkapkan kesombongan Pep Guardiola itu menjadi salah satu alasan bagi Guardiola yang kehilangan beberapa gelar Liga Champions, yang dimana Pep kerap kali overthinking dan mengubah strategi serta susunan pemain.
Salah satu contoh nyata adalah saat pertandingan final Liga Champions musim 2020/21 lalu, yang dimana ia tak memainkan Sergio Aguero sejak awal.
"Dia mengubah strategi dan membuat hal-hal baru agar bisa berkata: 'Bukan para pemain yang menang, saya yang menang'. Dan kesombongan itu telah membuatnya kehilangan beberapa gelar Liga Champions. Saya sangat respect kepadanya, tapi saya melihat itu dengan jelas. Selain itu, meski bukan sepenuhnya kesalahannya, dia telah memberikan kerusakan besar pada sepak bola," tutur Capello memaparkan.
Fabio Capello kala masih melatih Real Madrid. (Facebook/Real Madrid)
Fabio Capello kemudian menjelaskan tentang maksud perkataannya yang menyebut Pep Guardiola memberi "kerusakan besar" di dunia sepak bola. Dalam wawancaranya, ia menyebut banyak pelatih yang selama 10 tahun terakhir meniru filosofi sepak bola yang diterapkan Guardiola.
Menurutnya, hal tersebut telah merusak sepak bola Italia yang membuat filosofi cattenacio yang diterapkan di sepak bola Italia seolah kehilangan jati dirinya.
"Semua orang [pelatih] yang menghabiskan waktu 10 tahun untuk meniru filosofi sepak bola Guardiola. Saya pernah berkata:'berhentilah meniru itu karena kalian tidak punya pemain seperti Guardiola!'," ujar Capello.
Baca Juga: Ternyata Ini Tugas Jordi Cruyff sebagai Technical Advisor Timnas Indonesia, Urus Hulu ke Hilir!
Tak hanya itu, Fabio Capello juga mengungkapkan adanya gagasan aneh dalam sepak bola, yang menyebut bahwa memainkan sepak bola indah bukan hanya sekedar sentuhan saja, tapi di sepak bola Italia banyak kiper yang juga mampu memainkan bola dan melakukan build up. Menurutnya, hal tersebut adalah bencana.
"Selain itu, ada juga gagasan aneh bahwa bermain bagus berarti hanya sekadar: sentuh, sentuh, sentuh. Saat ini, di sepak bola Italia, kiper pun ikut bermain dengan bola! Itu adalah bencana sekaligus membosankan, yang membuat banyak orang menjauh dari sepak bola. Mereka hanya ingin melihat higlights penting. Mengapa harus menonton 90 menit operan horizontal tanpa duel, tanpa lari," tutur mantan pelatih Juventus medio 2004-2006 itu menjelaskan.
Meski begitu, Capello merasa bersyukur bahwa saat ini sepak bola telah berubah. Ia mengambil contoh Timnas Spanyol yang menjuarai Euro 2024 lalu dengan permainan cepat dari sisi sayap.
"Untungnya, sepak bola saat ini sedang berubah. Yang pertama melakukannya adalah Spanyol, dengan memenangkan Euro 2024 menggunakan dua winger dan permainan cepat," tutur Fabio Capello menutup wawancaranya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: El Mundo