Manajer Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou (Action Images via Reuters/Paul Childs)
INDOZONE.ID - Manajer Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou, menanggapi dengan penuh emosi terhadap anggapan yang menyudutkannya sebagai 'badut', dalam sebuah konferensi pers menjelang final Liga Europa melawan Manchester United.
Komentar tersebut merespons artikel dari media Inggris, Standard, yang menyebut bahwa posisi Postecoglou berada di antara 'pahlawan dan badut', tergantung pada hasil yang diraih Spurs di partai final.
Pertandingan final Liga Europa yang akan berlangsung pada Rabu, (21/5/2025), di Stadion San Mames, Bilbao, menjadi momen penentu bagi Tottenham Hotspur.
Tim asal London Utara tersebut memiliki kesempatan untuk mengakhiri puasa trofi selama 17 tahun, atau kembali menyelesaikan musim dengan tangan hampa.
Musim ini disebut sebagai salah satu musim terburuk Spurs sejak mereka kembali ke kasta tertinggi sepak bola Inggris pada tahun 1978.
Oleh karena itu, partai final melawan Manchester United menjadi perhatian baik untuk klub maupun untuk sang manajer.
Dalam konferensi pers, Postecoglou menunjukkan sisi emosionalnya yang jarang terlihat.
Ia awalnya berbicara dengan tenang, namun mulai terbawa emosi saat mengungkapkan perjalanan hidup dan karier kepelatihannya.
Ia merasa kecewa terhadap pilihan kata yang digunakan oleh media Inggris tersebut, untuk mendeskripsikan dirinya.Tterutama setelah lebih dari dua dekade membangun kariernya, tanpa banyak dukungan.
Postecoglou menegaskan, posisinya saat ini merupakan hasil kerja kerasnya selama 26 tahun.
Ia menilai tidak adil jika hasil satu pertandingan menjadi tolok ukur utama untuk menilai seluruh perjuangannya.
“Terlepas dari hasil pertandingan besok, saya bukan badut dan tidak akan pernah menjadi badut,” tegas Postecoglou.
Lahir di Athena, Yunani, dan pindah ke Australia saat usia lima tahun, Postecoglou bukanlah sosok yang asing dengan perjuangan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Standard UK, Standard.co.uk